Sore ini aku dan Zook janjian berlari di Gelora Bung Karno. Biasanya teman-teman kantor ikut bergabung. Sayang, ada rapat yang melelahkan. Hanya aku dan Zook yang berlari.
"Zig!" teriak Zook memanggilku dari jauh.
"Kok telat?"Â tanya Zook yang sudah mulai berlari. Waktu menunjukkan pukul 18.40.
"Hi, Zook! Maaf, meetingnya lama. Ada masalah produksi," kataku.
Aku menaruh barangku di mobil Zook. Hari ini Zook ada meeting dengan client di luar kantor sehingga tidak ikut meeting internal. Â Perusahaan tempat kami bekerja menjual produk perawatan tubuh (toiletries). Konsumen kami adalah hotel dan griya perawatan terkemuka.
"Masalah apa sih?"Â tanya Zook.
"Biasa, menjelang Lebaran perlu tambah pasokan. Tapi ada bahan baku yang naik harga ," jelasku.
"Emang stok di gudang tidak cukup?" tanya Zook.
"Big Boss mau double revenue! Stok gudang harus habis dan produksi baru juga harus habis." jelasku.
Aku dan Zook mulai berlari. Target hari ini delapan kilo, selesai sebelum jam delapan malam. Zook adalah teman yang asyik. Ia orang yang optimis dan pandai berkomunikasi. Tak heran ia lihai sebagai Sales dan kerap mendapat predikat 'The Rain Maker'. Pecapaiannya membuat perusahaan 'hujan' penghasilan.
Selain berlari, Zook hobi bersepeda. Zook juga penggemar kopi. Jika diskusi di kantor terasa membosankan, kami 'pindah' ke kedai kopi sebelah kantor. Kami kerap bekerja satu tim, aku di Business Development dan Zook di bagian Sales.
Orang sering berkata jika lelaki dan perempuan itu mustahil bersahabat. Benarkah? Hal ini tidak berlaku untuk kami. Sedari kecil aku punya banyak teman lelaki. Zook kebalikan, ia punya banyak teman perempuan selain pacarnya juga banyak. Bagiku, Zook adalah rekan kerja dan olah raga. Urusan cinta, aku punya cerita yang lain.
Pukul 19.55 sesi berlari mencapai delapan kilometer. Aku pulang ikut mobil Zook sampai stasiun KRL Palmerah. Ia melanjutkan perjalanan ke Jakarta Barat dan aku naik kereta ke Serpong. Di dalam kereta aku mengecek ponsel, ada pesan teks dari Riana. Ia adalah sahabatku dari kantor lama. Riana lebih senior. Namun, ia orang yang berjiwa muda dan cerdas. Otakku seperti 'diguyur' hal positif dari wawasannya yang luas. Â Jika jalan bersama, kami seperti kakak beradik.
Riana :
Zig, telepon aku. SOS it's about Zack!
Aku memberitahukannya jika sedang di jalan pulang. Kereta arah Serpong merupakan moda transportasi tanpa macet. Sekitar 30 menit aku akan sampai di rumah. Aku menyapa keluarga lantas membersihkan diri. Selanjutnya, aku menelepon Riana.
"Hi mbak Riana, ada apa?" tanyaku.
"Zig, tadi aku lihat Zack di resto Sumbawa. Kamu masih dekat sama dia?" ia penasaran.
"Dibilang dekat nggak. Dibilang jauh juga tidak karena kadang kita cari-carian. Ada apa?" tanyaku.
"Ah, kalian! Jadian aja kenapa sih? Tadi aku makan siang bersama teman. Aku lihat Zack keluar dari VIP Room resto Sumbawa. Pas keluar Zack digandeng perempuan,"
"Siapa dia?"Â tanyaku.
"Coba tanya Zack," usul Riana. Telepon berakhir.