Bagi yang belum pernah hadir di UWRF, program acara apa saja yang ada di festival ini? Pengunjung bisa mengikuti Program Utama (Main Program) dalam bentuk bincang-bincang dengan penulis Indonesia maupun luar negeri, berpartisipasi dalam peluncuran buku, menghadiri berbagai pentas seni musik, baca puisi, ikut pelatihan literasi, nonton bareng film inspiratif yang menang di berbagai festival.
Selain itu pengunjung dapat mengikuti berbagai kegiatan budaya lainnya. Pengunjung UWRF juga dapat ikut sesi melukis, membuat kerajinan tangan khas Bali, sarapan dengan Bahasa Bali, dan lain sebagainya. Banyak sekali inspirasi dan wawasan yang bisa didapatkan melalui aktif mengikuti acara.
Sesuai dengan tema tahun 2023 yaitu melintasi waktu masa lalu, kini, dan masa depan, UWRF menghadirkan Lifetime Achievement Award kepada Sutradara dan Penyair senior asal Bali yang namanya sudah tidak asing lagi, Putu Wijaya. Karya – karya beliau banyak menjadi panutan dan inspirasi bagi penulis serta aktor/aktris di Indonesia dari dulu, kini, dan masa datang.
Dalam sesi bincang-bincang, beliau menyampaikan bahwa ia menulis karena ia tidak ingin sebuah ide menjadi hilang atau terlupakan. Di usia yang sudah senja, beliau menyampaikan bahwa keluarga dan lingkungan yang mendukung adalah aspek yang sangat berpengaruh bagi seorang penulis. Mereka adalah alasan mengapa hingga kini seorang Putu Wijaya masih terus produktif dan semangat berkarya.
Menurutnya, filosofi Bali dan norma-norma adat di nusantara sangat berguna dalam membentuk karakter masyarakat yang baik dan beradab. Pesan lain dari Putu Wijaya yang patut diingat: “Menulis adalah pemberian untuk masyarakat. Seseorang akan dapat menulis dengan makna indah apabila dilakukan tanpa maksud terselubung dan penulis tidak mengharap imbalan alias tulus,” ujarnya. Namun, kalimat tersebut belum selesai. Seorang Putu Wijaya juga berpesan bahwa pentingnya memiliki pekerjaan untuk memperoleh hidup sejahtera menjadi tanggung jawab tiap pribadi. Dengan demikian, seseorang dapat meraih kehidupan masa depan yang baik dan terus berkarya tulis.
Selain penulis senior seperti Putu Wijaya, Goenawan Mohamad, hadir pula Leila S. Chudori. Karya-karya Leila banyak berkisah tentang pergolakan, nasib orang-orang Indonesia yang terlibat/ dituduh berkhianat di masa ormas PKI tahun 1965, dan masa-masa reformasi tahun 1998. Buku-bukunya yang terkenal, berjudul : ‘Malam Terakhir’, ‘Sembilan dari Nadira’, ‘Laut Bercerita’ yang mendapatkan Southeast Asian Writers Award, dan ‘Pulang’ yang memenangkan The Khatulistiwa Literary Award. Tahun-tahun tersebut banyak luput dari Generasi Milenial dan Generasi-Z. Leila berbagi pengalaman dalam menulis cerita, wawancara narasumber, dan juga tip-tip menulis.
Hal unik yang menjadi daya tarik UWRF adalah di malam hari terdapat sesi pemutaran film Indonesia dan internasional yang filmnya jarang diputar di bioskop. Film yang ditayangkan UWRF telah diputar di beragam festival luar negeri dan mendapat penghargaan.
Dalam kesempatan ini diputar film Indonesia dari buku karya Leila yaitu ‘Laut Bercerita’ yang disutradarai oleh Pritagita Arianegara, film ‘Autobiography’ karya Makbul Mubarak, rangkaian empat film pendek bersama Minikino yang berjudul ‘Let The Masculinity Burn’, film ‘Love is Not Enough’ yang dibintangi oleh Antonio Blanco Jr.