Masyarakat urban pasti sudah tidak asing dengan macetnya kota Jakarta yang sulit dihindari. Bagi pemilik mobilitas tinggi, bepergian dengan KAI Commuter sangat disarankan. KAI Commuter boleh dibilang tidak ada lawannya dalam hal menembus kemacetan kota karena menggunakan rel khusus yang tidak tercampur dengan alat transportasi lain. Jangkauan lokasi tujuan juga cukup luas. Biayanya murah, aman, dan waktu tempuh relatif cepat alias anti macet!
KAI Commuter merupakan salah satu layanan dari perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (KAI). Perusahaan ini telah banyak mengoperasikan Kereta Api (KA) penumpang, baik KA Utama (Komersil dan Non Komersil), maupun KA Lokal di Jawa dan Sumatera, yang terdiri dari : KA Eksekutif, KA Bisnis, KA Campuran (Eksekutif, Bisnis dan Ekonomi), KA Ekonomi, KA Lokal, KRL (Kereta Rel Listrik).
Para pengguna sering menyebut KAI Commuter sebagai KRL (Kereta Rel Listrik). Selain itu, para penumpang kereta juga punya julukan unik, yaitu ‘ROKER’ alias ROmbongan KEReta. KRL telah beroperasi di wilayah Jakarta sejak tahun 1925. Sekarang KRL melayani rute komuter yang lebih luas mulai dari wilayah Jabodetabek hingga Merak, serta lintasan Yogyakarta-Solo.
Bagi saya pribadi, KAI Commuter merupakan alat transportasi yang digunakan rutin sejak kuliah tahun 2010 sampai sekarang saya bekerja. Jauh sebelumnya di tahun 90an ketika saya masih kecil beberapa kali pernah naik kereta ke sekolah dari Tangerang lantas berhenti di Stasiun Kebayoran. Waktu itu ayah sedang dinas ke luar kota, maka saya ke sekolah diantar ibu naik kereta. Saat itu masih ada kereta ekonomi tanpa AC dan tiketnya beli di loket alias belum menggunakan kartu prabayar yang canggih seperti sekarang.
Untuk sebagian orang mungkin naik kereta hanya sekedar alat transportasi saja. Namun, bagi saya naik kereta mampu memberikan pengalaman yang lebih dari itu! Ada banyak pengalaman, rasa, dan emosi yang bisa ditangkap dari para penumpang dan orang di sekeliling sehingga kita semakin peka dengan apa yang namanya perjuangan hidup dan pola pikir yang maju.
Pengalaman naik KAI Commuter selalu berbeda di setiap waktu. Pagi hari saat antre bersama ratusan orang di stasiun menuju tempat kerja, banyak emosi dari para penumpang. Ada yang terburu-buru, ada yang pasrah, ada juga yang santai. Siang hari cukup lengang dan malam di jam pulang kantor kembali cukup ramai penumpang. Stasiun kereta sudah menjadi saksi bisu ribuan derap langkah penumpang yang berjuang untuk berkarya.
Dulu ketika masih ada kereta ekonomi, saya pernah naik dan terkejut karena di dalam gerbong berisi aneka ragam pedagang. Sebuah momen yang saya tidak akan pernah lupa! Di tahun 2010an masih banyak orang naik kereta di atas gerbong tanpa antre. Waktu itu, sebagai penumpang jujur saya merasa tidak nyaman. Namun saya yakin, transportasi kereta sangat berpotensi sebagai salah satu solusi anti macet di masa datang. Saya tetap mendukung KAI Commuter untuk maju dengan terus memakai layanannya meski dengan segala keterbatasan pada waktu itu.
Benar saja, di tahun-tahun sesudahnya KAI Commuter bermetamorfosa memperbaiki layanan mulai dari area stasiun, fasilitas umum stasiun, hingga kenyamanan di dalam kereta. Jumlah kereta diperbanyak sehingga otomatis jadwal kereta semakin banyak. Gerbong-gerbong kereta diperbaharui sehingga nyaman dan AC-nya dingin. Frekuensi gangguan teknis saat naik kereta menurut saya kini sudah jauh berkurang. Stasiun-stasiun yang kurang layak dan peron yang kurang panjang atau tingginya tidak sesuai dengan pintu kereta dibenahi untuk meningkatkan kenyamanan agar menghindari penumpang jatuh/tersandung.