Gua ini terletak di kecamatan Tuntang, kabupaten Semarang. Kurang lebih satu hingga satu setengah jam berkendara dari kota Semarang. Sejarah tempat ini mengatakan bahwa pernah ada penampakan Sang Bunda dengan membawa tiga mawar berwarna merah, kuning keemasan, dan putih. Oleh sebab itu disebut Maria Rosa Mystica.
Selain mohon doa restu dan berdevosi pada Bunda Maria, tempat ini juga memiliki kisah unik tentang mata air yang berada di sekitar gua. Konon zaman dahulu seorang Pangeran dari Surakarta sedang berkuda ingin menghadap Raja Pandanaran di Semarang. Tak diduga kudanya terperosok dan ia wafat sebelum sampai tujuan.
Para pengiring Pangeran didatangi oleh dua orang kakek nenek Mangunsari yang meminta mereka mengambil air dekat jurang dan membasuhkan ke wajah pangeran. Tak disangka, Sang Pangeran hidup kembali. Luar biasa cerita ini.
Bagi saya bukan tentang kisah ajaibnya. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengimani bahwa kuasa Allah sungguh maha besar mampu menyentuh manusia lewat beragam media. Salah satunya melalui air yang akhirnya di tempat ini disebut Sendang Banyu Urip (Air Hidup).
Siapkan diri berjalan kaki jauh karena area ziarahnya luas dan untuk menuju area sendang perlu melewati jalan-jalan kecil rumah penduduk. Silahkan berkunjung bagi yang sedang sakit atau Anda ingin berdoa untuk kesembuhan bagi diri sendiri/kerabat. Air sendang dapat diambil secukupnya untuk dibawa pulang.
Apabila Anda lupa membawa tempat air, warga sekitar ada yang menjual tempat-tempat air dengan ukuran sesuai kebutuhan. Anda dapat membeli wadah air tersebut sekaligus beramal.
2. Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono
Momen hening meditasi adalah salah satu cara 'detoks' jiwa dan pikiran dari hiruk-pikuk kota. Kerinduan akan keheningan bisa Anda dapatkan dengan berkunjung atau singgah retret di Rumah Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono di desa Jetak, Getasan, Semarang.Â
Pertapaan ini merupakan cabang dari biara induk Pertapaan Santa Maria Rawaseneng, Temanggung.
Jangan heran ketika datang kesannya sepi seperti tidak ada orang. Padahal, ada banyak biarawan dan biarawati pertapa/rubiah ordo Trapis (O.C.S.O) tinggal di sini. Para biarawan dan biarawati mengisi waktu dengan bertapa, berdoa berdoa tujuh kali dalam sehari.Â