Dalam rangka merayakan dirgahayu Republik Indonesia yang ke-73, Kementerian Luar Negeri mengadakan acara pemutaran film dan diskusi yang bertajuk "Film Sebagai Aset Diplomasi"pada hari Rabu lalu (15/8/2018).Â
Acara ini sekaligus merayakan hari jadi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang berumur sama sebab merupakan kementrian pertama yang didirikan dua hari setelah Indonesia merdeka.
Kegiatan meriah ini dibuka oleh Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Cecep Herawan. Beliau menyampaikan bahwa proses diplomasi hendaknya menghasilkan kemajuan ekonomi dalam suatu negara, tak terkecuali bidang ekonomi kreatif. Melalui film para insan kreatif diharapkan dapat memperkenalkan budaya Indonesia di mata internasional.
Turut hadir empat narasumber sineas Indonesia berbakat. Mereka adalah Riri Riza- pemenang piala Citra untuk Sutradara Terbaik 2016; Wrengas Bhannuteja-sutradara & penulis skenario pemenang Leica Cine Discovery Prize Festival de Cannes 2016; Kamila Andini-sutradara pemenang Grand Prix 2018 Berlinale International Film Festival ke-68; dan Livi Zheng-sutradara, aktris, dan produser film Hollywood.
"Film adalah bukti kebebasan berekspresi dalam suatu negara. Sudah sepantasnya film diberikan tempat sebagai aset diplomasi. Film adalah sarana diplomasi yang mampu menjangkau masyarakat luas dengan memberikan tayangan bagi mata, telinga, bahkan hati audiens. Dengan kata lain, winning audience heart and minds!" ungkap Cecep Herawan.
Dedikasi tinggi, disiplin, dan ketekunan saat proses produksi sangat dibutuhkan agar menghasilkan tontonan berkualitas. Wajar bila produk kreatif ini mendapat apresiasi tinggi.
Menghasilkan film bermutu perlu diimbangi dengan edukasi dan keterampilan dari pelaku kreatif itu sendiri. Bakat natural dari sang pelaku kreatif juga sangat berperan. Keterampilan tersebut harus terus diasah secara berkesinambungan agar karir dari sang pelaku kreatif langgeng.
Kerja di bidang kreatif membutuhkan latihan tekun hingga sang creator mampu menyampaikan signature style dalam karya yang tidak mudah ditiru. Dengan adanya banyak platform digital hari ini, para kreator punya aneka wadah untuk berkreasi. Pastinya, kualitas isi tayangan dan level estetika semakin perlu diperhatikan agar tampak rapi ketika ditonton di layar beresolusi tinggi yang kian canggih.
"Film dapat menjadi tempat untuk menampilkan isu sosial dalam suatu negara. Tiap sineas tentunya punya cara masing-masing untuk menyampaikannya dalam bentuk tayangan audio visual. Adalah benar untuk urusan bagus atau tidaknya sebuah tayangan kembali kepada selera setiap penonton," kata Wrengas, sutradara asal Yogyakarta.