Mohon tunggu...
Ayu Saptarika
Ayu Saptarika Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Novelis '3 ON 3', BusDev, Traveller, Instagram: @ayuliqui

For writing inquiries DM my Instagram @ayuliqui. Book sell at Kinokuniya Grand Indonesia. E-book '3 ON 3' at Lontara Apps.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Apa Harapanmu Pada Film Indonesia?

17 Agustus 2018   10:02 Diperbarui: 17 Agustus 2018   12:52 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam rangka merayakan dirgahayu Republik Indonesia yang ke-73, Kementerian Luar Negeri mengadakan acara pemutaran film dan diskusi yang bertajuk "Film Sebagai Aset Diplomasi"pada hari Rabu lalu (15/8/2018). 

Acara ini sekaligus merayakan hari jadi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang berumur sama sebab merupakan kementrian pertama yang didirikan dua hari setelah Indonesia merdeka.

Kegiatan meriah ini dibuka oleh Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Cecep Herawan. Beliau menyampaikan bahwa proses diplomasi hendaknya menghasilkan kemajuan ekonomi dalam suatu negara, tak terkecuali bidang ekonomi kreatif. Melalui film para insan kreatif diharapkan dapat memperkenalkan budaya Indonesia di mata internasional.

Turut hadir empat narasumber sineas Indonesia berbakat. Mereka adalah Riri Riza- pemenang piala Citra untuk Sutradara Terbaik 2016; Wrengas Bhannuteja-sutradara & penulis skenario pemenang Leica Cine Discovery Prize Festival de Cannes 2016; Kamila Andini-sutradara pemenang Grand Prix 2018 Berlinale International Film Festival ke-68; dan Livi Zheng-sutradara, aktris, dan produser film Hollywood.

"Film adalah bukti kebebasan berekspresi dalam suatu negara. Sudah sepantasnya film diberikan tempat sebagai aset diplomasi. Film adalah sarana diplomasi yang mampu menjangkau masyarakat luas dengan memberikan tayangan bagi mata, telinga, bahkan hati audiens. Dengan kata lain, winning audience heart and minds!" ungkap Cecep Herawan.

Sumber: Dok. Pribadi
Sumber: Dok. Pribadi
Menurut saya, dukungan dari Kementrian Luar Negeri RI kepada sineas Indonesia patut diacungi jempol. Membuat film bukan pekerjaan gampang! Biayanya pun tidak sedikit dan butuh keterlibatan banyak pihak saat di lapangan. 

Dedikasi tinggi, disiplin, dan ketekunan saat proses produksi sangat dibutuhkan agar menghasilkan tontonan berkualitas. Wajar bila produk kreatif ini mendapat apresiasi tinggi.

Menghasilkan film bermutu perlu diimbangi dengan edukasi dan keterampilan dari pelaku kreatif itu sendiri. Bakat natural dari sang pelaku kreatif juga sangat berperan. Keterampilan tersebut harus terus diasah secara berkesinambungan agar karir dari sang pelaku kreatif langgeng.

Kerja di bidang kreatif membutuhkan latihan tekun hingga sang creator mampu menyampaikan signature style dalam karya yang tidak mudah ditiru. Dengan adanya banyak platform digital hari ini, para kreator punya aneka wadah untuk berkreasi. Pastinya, kualitas isi tayangan dan level estetika semakin perlu diperhatikan agar tampak rapi ketika ditonton di layar beresolusi tinggi yang kian canggih.

Pada acara ini diputar film pendek berjudul "Prenjak" karya Wrengas Bhannuteja. Film ini mengangkat isu feminisme dimana sang tokoh utama bernama Diah yang berjuang mencari nafkah dengan cara unik untuk membiayai dirinya dan anak lelakinya meskipun ia belum menikah. Film pendek ini sukses terpilih sebagai film terbaik di Semaine De La Critique 2016, Cannes.

"Film dapat menjadi tempat untuk menampilkan isu sosial dalam suatu negara. Tiap sineas tentunya punya cara masing-masing untuk menyampaikannya dalam bentuk tayangan audio visual. Adalah benar untuk urusan bagus atau tidaknya sebuah tayangan kembali kepada selera setiap penonton," kata Wrengas, sutradara asal Yogyakarta.

"Film merupakann wujud dari sebuah budaya yang sekaligus mencerminkan tingkat keterampilan dari masyarakat di suatu negara. Saat ini bioskop bukan lagi satu-satunya tempat untuk menayangkan karya film. Platform digital lainnya dapat dieksplor untuk mengembangkan industri ini" ungkap Riri Riza.

Riri Riza juga menambahkan bahwa kompetisi di industri film di Indonesia semakin ketat. Seorang kreator film wajib mengkomunikasikan karyanya serta harus siap bersaing dengan dinamis. "Secara internasional, ada banyak film dirilis dari berbagai negara. Yang terpenting, bagaimana publik bisa mengenal dan punya ketertarikan pada film Indonesia," tambah Kamila Andini.

Menekuni bidang ini hingga berkarya di negeri orangpun bisa dilakukan. Seperti Livi Zheng, sutradara dan produser Indonesia yang berkiprah hingga ke Hollywood. Turut dihimbau oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berkarya sampai ke luar negeri diharapkan memiliki Kartu Masyarakat Luar Negeri.

Salah satu proses shooting yang dilakukan siswa International Design School (IDS). Sumber: International Design School, Jakarta
Salah satu proses shooting yang dilakukan siswa International Design School (IDS). Sumber: International Design School, Jakarta
Iklim kompetisi kreatif yang kian ketat membuat para sineas kini menghadapi beragam tantangan. Apa tantangan itu? Tuntuan dalam membuat film yang berestetika, isi cerita baik, namun tetap mempunyai nilai komersial tinggi sehingga langgeng dalam bisnis hiburan. Hal ini juga tak lepas dari kebutuhan pasar lokal yang semakin hari semakin kritis dan menginginkan produk hiburan yang menyenangkan, menginspirasi, serta bernilai moral.

Tertarik untuk belajar membuat film? Berikut ini beberapa institusi pendidikan di Jakarta dan Tangerang yang bisa ditelusuri :

  • International Design School (IDS) -Advanced College Digital Film and Media Production
    Masa kuliah 20 bulan. Di sini siswa tidak hanya diajarkan membuat film saja namun para siswa juga dididik untuk mempelajari sisi bisnisnya. Mulai dari proses pendanaan, proses pembuatan, proses promo, hingga proses launching film ke penonton. Terdapat pula "Holiday Program" selama seminggu untuk remaja agar liburan semakin bermanfaat.
  • School Of Creative Arts (SOCA) - Cinematic Department Film Production
    Berdiri tahun 2001 dengan nama Institut Musik Indonesia (IMI) di tahun 2014 berkembang menjadi School Of Creative Arts (SOCA). Di sini, mahasiswa mempelajari seluruh aspek perfilman seperti: screenwriting, producing and production management, directing, cinematography, production design, dan editing. Mahasiswa juga diberikan bekal untuk menggunakan alat-alat dalam pembuatan film seperti kamera 16mm, 25mm, kamera HD, dan peralatan pencahayaan.
  • SAE Indonesia Creative Media Higher Education -Film
    Terdapat tiga pilihan studi, yaitu : BA/BSc Digital Film Making, Diploma Film Production, dan Film Bachelor Australia (Pathway Program)  dimana siswa dapat melakukan studi di SAE Jakarta dan di SAE Australia. SAE Indonesia juga membuka program kursus berdurasi 6-12 minggu untuk umum dengan bidang studi : Cinematography, Scriptwriting, Video Editing, dan Short Film Production. 
  • Universitas Multimedia Nusantara -Fakultas Seni & Desain, Film
    Fokus program studi di Universitas Media Nusantara (UMN) adalah mendidik siswanya hingga menjadi seorang content creator dan storyteller pada media film. Teori dan teknik produksi juga turut diajarkan agar siswa menjadi konseptor handal. Aspek bisnis dan wirausaha juga diajarkan agar karya dari para lulusan dapat dibisniskan secara berkesinambungan. 
  • Institut Kesenian Jakarta -Fakultas Film & Televisi
    Menjadi kreator audio visual yang handal, memiliki tanggung jawab sosial, dan wawasan kesenian merupakan tujuan dari program studi ini. Pembelajaran prinsip teknis dan teori produksi film, program televisi, animasi dan karya fotografi diajarkan up-to-date seiring perkembangan teori, teknologi, dan industri.

Nah Kompasianer, apa harapanmu pada film Indonesia di masa datang dan film seperti apa yang ingin kamu saksikan? Silahkan share komentarnya.

Saya ucapkan dirgahayu Repulik Indonesia yang ke-73. Semoga kita semakin semangat berkarya untuk negara tercinta Indonesia agar semakin maju dan berkeadilan. Salam merdeka!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun