Belakangan diketahui peserta tersebut sama sekali tidak mendapat juara karena lukisannya dianggap out of the box alias keluar dari tema.
"Menang dan kalah dalam sebuah lomba, itu perkara biasa. Bahkan dari kekalahan, kita bisa introspeksi dan belajar dari kesalahan," ujar saya menasihati.
Dalam kesempatan lain, anak sulung dengan semangat menceritakan rating kelasnya meraih tangga 2 dari 19 kelas yang ada. Dalam hal ini saya pun mengingatkan bahwa esensi dari semuanya bukanlah tentang juara, tetapi bagaimana generasi muda dapat menggali potensi dirinya dan menikmati kegiatan positif yang dijalani.
5. Menjadi penyokong dana
"Ibu, aku cuma dapat tiga puluh ribu dari kas kelas untuk beli cat lukis..." keluh anak sulung suatu malam. Dia membutuhkan tambahan uang untuk melengkapi warna cat lukis yang sudah ada.
Tentu saja sebagai ibu saya akan merogoh kocek untuk membuatnya percaya diri dengan kelengkapan yang dia butuhkan.Â
Kompleksitas remajaÂ
Memahami minat yang sangat random dari anak sulung, saya pun segera memberi arahan. Bahwa dia boleh mencoba kemampuannya di berbagai bidang seperti olahraga, seni, bahasa, dan organisasi. Namun, menjadi tekun, tetap santun, dan selalu disiplin adalah target utama. Semua itu akan menjadi modal untuk membangun pribadi yang lebih baik ke depannya.
Demikianlah, kisah dari rumah. Bagaimana saya hadir dan berusaha menciptakan fondasi yang kuat bagi anak-anak. Kiranya bukan semata-mata untuk menolak budaya patriarki.
Semoga, dengan semua usaha ini, saya bisa memberikan mereka kepercayaan diri untuk menghadapi dunia yang penuh tantangan. Memberikan kehangatan cinta yang membuat mereka merasa berharga, apapun situasinyaÂ
Kemanapun mereka akan terbang, semoga kelak akan selalu rindu pulang untuk menemui ibu abahnya.