Aku membuka mata, tersadar, saat merasakan seseorang berada di dekatku. Ternyata anak pertamaku sudah pulang.
"Mama tertidur lelap, Ratih tidak ingin membangunkan tadi. Â Mama sudah makan? Ini Ratih bawa bubur ayam kesukaan mama..."
Aku mencium aroma yang tidak asing. Aroma nasi putih dan kuah bening dengan rasa kaldu yang enak. Makanan kesukaan ibu saat sakitnya, kini juga menjadi kegemaranku.
"Apa tadi ada yang mengganggu mama lagi?"
Aku menggeleng.
Ratih selalu bertanya seperti ini setiap pulang kerja. Jelas Ratih merasa khawatir, apalagi karena aku harus minum obat penenang jika sulit mengendalikan perasaanku.
"Mama tidak apa-apa, Sayang," sahutku, sambil menikmati suapannya.
"Kalau orang-orang itu berani mengganggu mama, mama sudah tidak peduli. Tidak ada yang harus ditakuti. Belum tentu anak mereka nanti, mau merawat saat mereka tua. Anak-anak mereka telah melihat bagaimana orang tuanya menjadi sombong dan jahat!" kataku, entah bagaimana kata-kata itu bisa meluncur dari mulutku.
Sesaat alis Ratih berkerut, namun aku meminta suapan berikutnya. Saat makananku habis, dia memelukku begitu hangat.
***
Kota Kayu, 14 Oktober 2024