"Aku turut sedih karena kejadian ini. Tetapi perasaan trauma dan takut tidak akan menyelesaikan masalah. Kau harus menghadapi orang jahat sekalipun. Aku akan menjadi sahabat terbaikmu!"
Rasya menggeleng pasti. "Tidak ada kasih sayang di sana," sahutnya.Â
Keduanya kembali terdiam.Â
Sejak invasi menghancurkan negaranya, kebahagiaan disimbolkan dengan warna kelabu yang bisa bermakna penderitaan dan kehilangan. Perang bisa membuat apa saja menjadi mungkin, termasuk satu rahasia lagi yang belum diceritakan gadis itu.
Kaif mengabaikan kendaraan yang baru saja melewatinya. Dia hanya berjalan dan menunduk di sisi gadis itu.Â
Sekarang dia berusia delapan belas tahun. Mungkin sudah saatnya dia merasakan jatuh cinta kepada seorang gadis. Sebab seluruh tulangnya turut merasakan ngilu saat memandang wajah gadis itu. Dia benar-benar merasa terpanggil untuk melindunginya.
Ayah Rasya yang dianggapnya cukup ramah kepada tetangga, tak disangka memiliki affair dengan wanita lain. Dia berkilah dengan banyak  alasan untuk menyembunyikannya dan membuat suasana rumah menjadi seperti di neraka.
"Ibu menjadi frustasi karena ayah sangat  dicintainya..."
Kaif mencoba menyemangati gadis itu. Justru dia tidak boleh meninggalkan ibu dan kedua adiknya saat ini. Bukankah ikatan keluarga itu sedang melemah dan mereka harus merawatnya kembali?
"Sebenarnya, amat memalukan memiliki ayah seperti itu. Di saat ayah-ayah lain mampu melindungi keluarga mereka, aku justru mempunyai ayah yang menyakiti kami..." sahutnya.
Kaif meraih tangan gadis itu, menggandengnya sepanjang mereka melalui jalanan yang ditutupi oleh salju.