Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengapa Rumah di Dreamtown Semua Berwarna Biru?

15 Juli 2024   20:03 Diperbarui: 15 Juli 2024   21:39 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai contoh, suatu pagi pria itu berjalan terburu-buru ke sebuah toko roti dan memesan salah satu kegemaran istrinya. Dia tak banyak bicara seperti hari-hari yang lainnya, sampai pemilik toko mengatakan tidak melihat si cantik Natsya.

Pria itu mengumbar senyum sambil berkata, "Dia sedang memperjuangkan cinta di antara kami..."

Pemilik toko tak menimpali kata-kata pria itu sebab dia cepat membalikkan badannya keluar toko, lalu menyeberang jalan dengan keriangan yang terlihat dari ayunan sepatu merahnya.

Begitulah. Tak banyak pria dewasa yang memahami bagaimana dia akan membahagiakan pasangannya. 

"Pria  selalu membanggakan dirinya, namun  si dia menangis di belakang punggung Anda," sahut pria itu saat seseorang bertanya kepadanya."Terlalu misterius untuk mengerti apa yang diinginkan si dia..." katanya lagi. Sepasang matanya mengintip dari atas kacamata hitam yang dia turunkan.

Memang benar. 

Pria itu menelepon saat dia masih beberapa jarak dari rumahnya. Bersamaan saat dia turun dari mobilnya, wanitanya juga keluar dari dalam rumah dengan senyum rindu. 

Mereka berdua saling menghampiri satu sama lain. Sama-sama berlari-lari kecil dengan hati tak sabar. Pria itu dan wanitanya bertemu di satu titik, merapatkan kening keduanya tanpa berkata-kata lagi. 

"Terkadang sebuket besar bunga tak lebih penting dari dirimu sendiri," kata pria itu lagi.

"Wanita menginginkan pria menemaninya di rumah seharian, atau membantunya membawa tas belanjaan..." dia menggerakkan telunjuknya.

"Dan itu sangat konyol menurut pria!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun