Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Kafe dan Pohon Ajaib di Dekatnya

9 Juli 2024   16:11 Diperbarui: 9 Juli 2024   16:24 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ruusu dari Pinterest 

Siapa yang percaya rumor itu? 

Kamu berada di zaman memesan seporsi makanan, lalu membayarnya dengan menghadapkan ponselmu ke selembar kertas terpajang di meja, atau hanya ditempel di dinding. 

Kamu tidak harus membawa sejumlah uang, sebab ketika kamu menempatkannya dalam dompet, bisa saja uang itu justru menjadi milik orang lain. Dompet itu terjatuh tanpa sengaja, atau tertinggal dalam angkutan umum.

Tetapi, desas-desus tentang pohon ajaib yang bisa memberimu uang untuk biaya kuliah, atau untuk membayar tagihan rumah sakit saat ibumu dirawat, semakin santer saja terdengar. 

Diam-diam kamu pun menyelidiki ikhwal pohon tersebut. 

Kamu sangat penasaran, dan berkali-kali datang di jam yang berbeda untuk menemukan sekedar bukti. Mulai dari mengamati dari dalam ruang kafe, bertanya kepada pelayan, sampai googling dengan beberapa kata kunci.

Kamu bersikap tak peduli, ketika pengunjung yang mendengar pertanyaanmu memasang wajah heran sekaligus tak percaya. Masih ada orang yang memikirkan adanya pohon ajaib di zaman serba online sekarang ini. 

Sebenarnya kamu bukannya lupa, sedang berada di dunia nyata. Kamu juga masih ingat bahwa pohon ajaib hanya ada dalam cerita dongeng anak-anak. Justru di situlah masalahnya!

Kamu sama sekali tidak memercayai, dan sebatas ingin membuktikan bahwa manajemen kafe sedang berusaha membranding dirinya dengan rumor tersebut.

*

Suatu hari, mama mengatakan ingin merayakan anniversary perkawinannya secara privat di sebuah hotel berbintang. Jadi tidak ada eo, tidak ada pesta, apalagi tamu undangan. Mama hanya memesan dekorasi dan menu khusus untuk dinikmati. Kebetulan kuliah baru mulai minggu depan, dan kamu setuju untuk menemani mereka 

Di dalam lift, kamu sempat bertanya apakah boleh mengajak Rien ke acara mereka nanti malam? Mama menggeleng dan mengatakan kamu boleh pergi bersama pacarmu itu setelah jam delapan.

Kamu memberikan buket besar bunga mawar kepada mama, mencium pipinya, dan sedikit mengobrol, sebelum pamit kembali ke kamar.

Kamu ingin memberitahu Rien tentang anniversary ini dan mentraktirnya secara istimewa.

Sambil menunggu Rien mengangkat telepon, kamu menuangkan setengah saja teh panas ke dalam cangkir, lalu membuka tirai jendela kamar.

Kamu terperangah, mematung, dan mengabaikan suara Rien yang mulai gemas dalam telepon.

"Sayang..., aku baru saja melihat sesuatu! Aku akan menceritakannya padamu, dan akan kujemput dalam lima menit!" sahutmu.

Kamu begitu terpana dan membiarkan teh di meja menunggu beberapa saat.

"Pucuk dicinta, ulam pun tiba!"

Ternyata kamarmu berada di seberang kafe dan pohon ajaib itu!

Maka sejak malam itu, kamu semakin gila karena  rasa penasaran yang semakin menjadi-jadi. Kamu bertekad untuk mencari tahu kebenaran rumor ini.

Di beranda medsos, salah satu teman kampusmu terlihat memamerkan sepeda motor keluaran terbaru yang baru saja dia dapatkan.

Kamu semakin penasaran, meskipun bukan menginginkan keberuntungan yang sama. Orang tuamu sudah sangat menjamin semua kebutuhan serta keinginanmu. Dengan harta yang sangat berlimpah, segalanya menjadi mungkin untuk diwujudkan.

*

Entah pada hari ke berapa, akhirnya kamu menyadari pohon ajaib itu tidak ditumbuhi daun-daun seperti lazimnya. Pohon itu hanya dipenuhi ranting kering layaknya pohon mati. 

Hujan yang berlangsung seharian, menjadikan ranting-rantingnya dihiasi titik-titik air yang menggantung.

Suasana senja yang masih mendung, dengan latar lampu kafe sewarna dengan senja, sangat kontras dari jendela tempat kamu duduk saat ini. Sebuah manipulasi menampakkan gambar yang misterius sekaligus estetik. Tampak  butiran kristal menggantung di sana-sini yang sebenarnya hanyalah sisa hujan.

Tiba-tiba kamu mengamati seseorang yang turun dari ojek online, masuk ke dalam kafe dan disambut dua orang yang duduk di sisi jendela. Terlihat mereka berbicara sebentar, lalu seseorang tadi pamit sambil membungkuk-bungkuk hormat. Kemudian dia  pergi dengan ojek yang masih menunggu di luar.

Kamu merasa bosan dengan apa yang baru kamu lihat, namun segera menyadari mama dan papamu juga keluar dari sana.

Kamu menunggu mereka di lobby hotel untuk menanyakan apakah mereka mengetahui sesuatu tentang pohon ajaib yang membantu sejumlah orang akhir-akhir ini?

Dengan raut muka terheran-heran, akhirnya mama menjelaskan bahwa ini adalah bentuk syukur atas anniversary mereka. Mama meminta nama-nama yang direkomendasikan pihak  kampusmu, untuk membantu kesulitan keuangan mahasiswa. 

Kamu nge-lag, membeku seperti orang kehilangan ingatan, sebelum akhirnya tertawa konyol dan memeluk kedua orang tuamu dengan rasa haru.

***

Kota Kayu, 9 Juli 2024

Cerpen ini diikutsertakan dalam event "kongsi" Kongkow Fiksi Kompasiana sekaligus sayembaracerpenpulpenxv 

Foto: dokumen Kompasiana 
Foto: dokumen Kompasiana 

https://bit.ly/KONGSIVolume1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun