Siapa yang percaya rumor itu?
Kamu berada di zaman memesan seporsi makanan, lalu membayarnya dengan menghadapkan ponselmu ke selembar kertas terpajang di meja, atau hanya ditempel di dinding.Â
Kamu tidak harus membawa sejumlah uang, sebab ketika kamu menempatkannya dalam dompet, bisa saja uang itu justru menjadi milik orang lain. Dompet itu terjatuh tanpa sengaja, atau tertinggal dalam angkutan umum.
Tetapi, desas-desus tentang pohon ajaib yang bisa memberimu uang untuk biaya kuliah, atau untuk membayar tagihan rumah sakit saat ibumu dirawat, semakin santer saja terdengar.Â
Diam-diam kamu pun menyelidiki ikhwal pohon tersebut.Â
Kamu sangat penasaran, dan berkali-kali datang di jam yang berbeda untuk menemukan sekedar bukti. Mulai dari mengamati dari dalam ruang kafe, bertanya kepada pelayan, sampai googling dengan beberapa kata kunci.
Kamu bersikap tak peduli, ketika pengunjung yang mendengar pertanyaanmu memasang wajah heran sekaligus tak percaya. Masih ada orang yang memikirkan adanya pohon ajaib di zaman serba online sekarang ini.Â
Sebenarnya kamu bukannya lupa, sedang berada di dunia nyata. Kamu juga masih ingat bahwa pohon ajaib hanya ada dalam cerita dongeng anak-anak. Justru di situlah masalahnya!
Kamu sama sekali tidak memercayai, dan sebatas ingin membuktikan bahwa manajemen kafe sedang berusaha membranding dirinya dengan rumor tersebut.
*