Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pernikahan Semusim Bunga

20 April 2024   08:42 Diperbarui: 20 April 2024   10:09 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Martha Stewart dari Pinterst

Dalam situasi yang tidak menyenangkan itu, ibu justru melahirkan si bungsu melalui proses operasi caesar. 

Sadar uang tabungan semakin menipis dan kebutuhan keluarga semakin meningkat, bapak berusaha mencari pekerjaan tanpa merasa gengsi atau semacamnya.

Tidak disangka, bapak mulai terguncang dan terseret dalam pergaulan yang menjerumuskannya dalam kehancuran. 

Aku dan ibu mulai menyadari gelagat bapak saat satu per satu perabot rumah dijual ke tetangga. Puncaknya, saat ibu kehilangan surat sertifikat rumah karena dicuri bapak untuk dibawa ke tempat judi.

Bapak benar-benar sudah dibutakan iblis. Lupa kalau bapak seharusnya berusaha membahagiakan dan melindungi keluarga.

Suatu hari bapak pulang dengan wajah memerah. Bapak memintaku menemui bandar judi yang menunggu di teras rumah. 

"Mas Topan akan mengembalikan sertifikat rumah kita, asal Zhean mau jadi istri muda Mas Topan. Bapak minta tolong, Nak. Sekali ini saja, ya?"

Bagaikan disambar petir saat mendengarnya. 

Bayangan masa depan yang kelabu tidak dapat lagi kutepis dari pikiran. Air mataku tumpah mendengar permintaan bapak. 

Aku bingung antara menerima atau menolak. Bagaimana dengan ibu dan kedua adikku jika kami tidak mempunyai rumah? Kami tidak mungkin tidur di jalanan, tetapi aku juga tidak mungkin menikah dengan seorang bandar judi!

Aku benar-benar merasa terjebak dalam pilihan yang sulit. Rasanya aku tidak mungkin mempertahankan prinsipku. Benar kata bapak, ini adalah kesempatanku berbakti kepada kedua orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun