Udara panas di luar semakin memperpanjang langkah pejalan kaki. Semua orang menjadi tidak sabar ingin segera sampai ke tujuannya.Â
Alaya menundukkan pandangannya. Dia menatap gelas kopinya dengan perasaan tak menentu. Apa yang baru saja dia katakan kepada Barkley?
Barkley membeku di sisi kiri meja. Dia terus mengarahkan pandangannya menembus kaca jendela. Shock dengan jawaban dari gadis itu.
Alaya baru saja menolak cintanya. Tetapi kenapa? Bukankah dia selalu bersikap sopan dan menghormati gadis itu?
Barkley masih tak percaya. Dia berharap semua hanyalah mimpi.Â
Alaya memang keras kepala. Sudah banyak yang mengatakan demikian.Â
Gadis itu terdiam di kursinya. Dia menyalahkan dirinya. Tetapi di sisi lain dia tidak bisa menerima Barkley atau siapapun masuk ke dalam kehidupan pribadinya. Mereka adalah orang asing!
Semula Alaya mengira Barkley hanya mengajaknya minum kopi dan ngobrol ringan seperti biasa. Gadis itu tidak akan keberatan. Tapi untuk berkomitmen sebagai pasangan kekasih, dia merasa sangat takut.
Barkley memang tampan. Alaya pun menyukainya. Tetapi Alaya tak ingin Barkley mengutarakan perasaannya seperti saat ini. Pernyataan cinta yang baru didengarnya, seperti mimpi buruk. )
Gadis itu juga pernah merasakan genggaman tangan Barkley saat mereka nonton film horor di bioskop. Alaya juga sering berdiri terlalu dekat dengannya sampai mengenali aroma body soap yang digunakan pemuda itu.