Kami tidak saling kenal, tetapi dia membuat kedua mataku menangis.Â
Tiba-tiba aku merasakan kembali hal yang baru saja hampir berlalu. Srbuah kesedihan yang membuatku tidak ingin bertemu siapa pun.Â
Aku hampir gila. Aku tetus saja menolak apa yang menimpa kami, tapi itu justru membuat kepalaku semakin ditimpa benda berat.Â
Tuhan mengambil kembali bayi pertama kami. Bayi Erika baru berusia tiga bulan saat dokter mengatakan dia mengalami enselefalitis. Itu adalah radang otak yang bekerja sebagai infeksi virus atau bakteri.Â
Sebagai manusia kami tidak dapat menghentikan takdir buruk ini. Bayi kami meninggal setelah sebulan dirawat tim medis. Tuhan mengambil kembali kebahagiaan yang kami nantikan lebih dari enam tahun.
Ces's la vie. Itulah kehidupan.Â
Aku selalu mengingat kata-kata yang diucapkan Sunny untuk menghiburku. Kita tidak bisa memiliki semua yang kita inginkan dengan tangan kita. Manusia harus menerima yang diberikan Sang Pencipta. Kegembiraan, bahkan kesedihan.
"Aku akan membantumu turun, Nyonya." Ternyata kereta sudah sampai.Â
Aku menghapus air mataku. Setelah menerima beberapa keping recehan, sais kereta pamit dan berlalu.
Aku menarik napas panjang, lalu melepaskannya perlahan. Jika saja Sunny ada di sisiku saat ini, dia pasti memelukku dengan erat, sambil mengucapkan kata yang sama dengan berulang.
"Relakan dia, relakan dia..."