Pernah mengamati perasaan individu yang tinggal bersama Anda di rumah? Anak-anak, saudara, dan mungkin juga mertua. Apakah suasana hati Anda dan mereka sama, satu dan yang lainnya?
Mungkin lebih sering tidak. Begitu jawaban yang saya yakini.
Contoh: di hari bahagia saat salah satu keluarga melangsungkan pesta pernikahan, apakah semua merasakan kebahagiaan yang sama?
Atau, saat emak sedang kehabisan uang belanja karena dagangan abah kurang laku akhir-akhir ini, apakah anak-anak yang sudah remaja juga merasa pusing?
Atau, saat si kakak hari ini mendapat nilai ulangan harian C di sekolah, apakah adik ikut-ikutan murung?
*
Sudah beberapa lama ini, saya menyadari di dalam rumah yang sama yang kami tinggali, si sulung (15 tahum) tidak merasa sebahagia kedua adiknya, atau senyaman ibu bapaknya.
Sejujurnya, saya tidak paham benar gejala apa yang sedang dirasakannya waktu itu. Namun sebagai ibu saya juga tidak menganggap sebagai hal yang umum dirasakan seorang remaja.
Waktu pun berlalu.Â
Berbagai arahan dan saran yang saya berikan, tampaknya tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Si sulung jarang tersenyum, lebih banyak menghabiskan waktu di kamarnya, dan uring-uringan saat diminta mengerjakan tugas seperti mencuci piring, memberi makan ayam peliharaan, atau mencuci pakaiannya.
Lalu, saya mencoba melakukan pendekatan persuasif yang lebih intens. Saya mengajaknya melakukan apa yang dia inginkan. Mencoba resep kue dari aplikasi favoritnya, berkunjung ke rumah sahabatnya, atau apapun. Sayang sekali ternyata sulung kami tidak menginginkan apa-apa.Â
Beberapa kali saya mengajaknya berbicara dari hati ke hati, adakah hal yang membuatnya merasa kecewa, sedih, dan ingin sesuatu yang dipikirkannya tersebut menjadi berbeda?
Si sulung pun menjawab: ya, ada!
Suasana hati, apakah sama dengan emosi?
Tidak sama sekali.
Suasana hati adalah keadaan yang afektif, kurang spesifik, kurang intens, dan tidak mudah dipengaruhi oleh stimulus atau peristiwa tertentu.
Biasanya, orang dewasa mengalami suasana hati terburuk di awal minggu, dan suasana hati terbaik di akhir minggu (Watson, D. Mood and Temperament, New York: Guilford Publications, 2000, hal. 1-10)
Atau, semangat lebih rendah di awal pagi, cenderung meningkat, kemudian turun pada malam hari.
Suasana hati yang tidak nyaman disebut bad mood, yang sering kali disebabkan oleh tekanan pekerjaan, patah hati, bahkan masalah-masalah kecil sekalipun.
Sedangkan emosi merupakan perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau kepada sesuatu (Frieda, N.H. "Moods, Emotion Episodes and Emotions", New York: Guilford Press, 1993, hal. 381-403).Â
Emosi ini akan ditunjukkan ketika seseorang merasa senang, marah, dan takut. Namun emosi akan lebih cepat berlalu ketimbang suasana hati (Ekman, P."The Nature of Emotion", Oxfort, UK: Oxford University Press, 1994).
Contoh:Â
Jika adik tidak sengaja merobek buku kakaknya, maka si kakak akan marah yang ditunjukkan dengan volume suara meninggi atau wajah cemberut. Namun hal ini tidak akan berlangsung seharian. Marahnya berangsur reda dan kakak bisa melupakannya. Tidak demikian dengan suasana hati.Â
Apakah suasana hati ditentukan oleh temperamen?
Kita ketahui dulu, apa itu temperamen.
Temperamen adalah cara/gaya khas seseorang dalam menanggapi suatu keadaan (Santrock, J.W. "Psikologi Pendidikan", Jakarta: Kencana, 2010, hal. 160-161).
Aelius Galenus telah memperkenalkan empat macam cairan dalam tubuh yang memengaruhi temperamen seseorang, apakah dia termasuk melankolis, sanguinis, koleris, ataukah plegmatis?
Sementara, Alexander Chess dan Stella Thomas membagi tiga tipe temperamen yaitu: mudah, sulit, dan lambat.
Temperamen itu sendiri akan memberikan kecenderungan pada suasana hati (Robbins, Stephen P; Judge, Timothy A. (2008). "Perilaku Organisasi", Jakarta: Salemba Empat. Hal.311-315
Contoh:
Di tengah situasi lalu lintas yang macet, ada pengendara yang bersikap tenang dan ada yang terlihat gusar.
Jadi, benar bahwa suasana hati ditentukan oleh temperamen. Ada seseorang yang lebih dekat kepada bad mood, dan sebagian lagi justru sebaliknya.Â
Selain itu, suasana hati juga dipengaruhi oleh gender, usia, cuaca, dan interaksi sosial.
Nah, mengapa meningkatkan suasana hati itu penting? Setidaknya saya mempunyai jawaban ini untuk Anda.
1. Suasana hati memengaruhi kerja otak
Penelitian Psikologi Saat Ini (Current Psychology) menyebutkan suasana hati yang buruk, memengaruhi kerja otak yang membuat seseorang mudah lupa, kesulitan mencapai fokus, dan tidak dapat mengambil keputusan.
Contoh:
Calon pengantin lebih dominan menggunakan jasa event organizer (EO) ketimbang menikmati kesibukan mempersiapkan segala sesuatunya.
Dalam konteks ini, bukan karena jadwal pekerjaan sebagai penghalangnya, atau tidak adanya cuti kerja, melainkan perubahan hormon yang sangat cepat dan membuat sulit berkonsentrasi serta mengambil keputusan. Akhirnya, menyerahkan tugas kepada pihak lain pun, menjadi pilihan terbaik.
2. Suasana hati yang baik, mendekatkan kepada kesuksesan
Orang yang memiliki suasana hati yang baik (good mood) terlihat dari pembawaannya yang tenang sekaligus gembira dan bahagia.Â
Mereka lebih konsentrasi dalam berpikir, berucap, dan mengerjakan segala sesuatu. Hal ini membuatnya mampu meraih kesuksesan dalam kurun waktu yang lebih cepat ketimbang mereka yang sering atau selalu merasakan suasana hati yang buruk dan sedih. Selengkapnya di sini.
Mengapa?
Saat mengalami suasana hati yang buruk (bad mood), tubuh akan melepaskan hormon pemicu stres yang membuat seseorang lebih sensitif dan mudah marah. Dengan kata lain, suasana hati memengaruhi hubungan/interaksi dengan orang-orang di sekitar.Â
Berita buruknya lagi, seseorang dengan bad mood akan menjadi malas beraktivitas, kehilangan semangat saat di kantor, dan pada remaja akan memengaruhi prestasinya di sekolah.
Nah, kalau begitu, bagaimana cara untuk meningkatkan suasana hati?Â
Berikut langkah yang dapat diambil untuk menaikkan suasana hati:
1. Melakukan olahraga
Penelitian Frontiers in Physiology menyebutkan olahraga secara teratur berdampak menurunkan hormon kortisol dan epineprin yang memicu hilangnya stres; serta meningkatkan hormon norepineprin (antidepresan).
Apakah Anda kemudian bertanya, adakah hubungan antara stres dan suasana hati?
Saya menjawab: ya, tentu!
Dari unicef Indonesia, stres berlebihan yang sulit dikendalikan, akan berdampak negatif pada suasana hati. Artinya, jika Anda stres akan mengalami suasana hati yang buruk (bad mood). Maka lakukan kegiatan olahraga untuk memperbaikinya.
2. Mendengarkan musik favorit
Mendengarkan musik, bahkan suara riak air, memengaruhi sistem stres psikobiologis. Hal ini dijelaskan panjang lebar dalam penelitian yang diterbitkan PLoS One. Silakan klik untuk menyimak.
Mendengarkan musik juga efektif untuk mengurangi kecemasan (stres ringan), termasuk saat sebelum pasien menjalani operasi di rumah sakit.
3. Memilih jenis makanan tertentu
Cokelat dan es krim. Kedua jenis makanan ini sering dikaitkan dengan suasana hati yang baik. Mengapa?
Dari studi 2013 yang dipublikasikan British Journal of Clinical Pharmacology, diketahui mengonsumsi cokelat dapat meningkatkan mood dan menenangkan.
Cokelat dapat mendorong produksi senyawa endorfin di otak yang bertugas membuat Anda merasa bahagia. Tambahan lagi, kandungan serotonin pada cokelat menjadi antidepresan alami.
4. Cukup tidur dan istirahat
Saat Anda tidur, otak akan memproses emosi. Itulah mengapa jika Anda kurang tidur akan terlihat lebih banyak reaksi emosional negatif ketimbang reaksi positif.Â
Jadi pastikan Anda tidur selama 8-9 jam setiap harinya untuk mendapatkan suasana hati yang baik, yaa...
5. Berjemur di bawah sinar matahari pagi
6. Berjalan kaki dengan santaiÂ
dan lain-lain
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H