Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja Muram di Alhambra

10 April 2023   06:55 Diperbarui: 10 April 2023   06:56 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
David Passerat de la Chapelle

Manusia selalu menengadahkan wajahnya, berdoa memohon kebahagiaan. Mereka takut untuk menghadapi sebuah penderitaan. Lemah untuk bertahan seperti yang selalu kujalani.

Sungguh, aku terbang sejauh takdirku seperti mereka menyelamatkan hidupnya. Keluar dari pintunya untuk menafkahi istri dan anak-anak mereka.

Ada kalanya aku menggigil kedinginan, namun aku berusaha bertahan sampai semuanya menjadi lebih baik. Dan kelaparan, karena beberapa makananku tiba-tiba sulit ditemukan.

Pada saat-saat seperti itu aku menjadi termenung. Manusia memperlakukan hidupnya secara mengejutkan. 

Manusia selalu menengadahkan wajahnya ke langit, menginginkan kebahagiaan. Mereka takut untuk menghadapi sebuah penderitaan. Lemah untuk bertahan seperti yang selalu kujalani.

Tapi mereka senang melakukan kerusakan, dan mereka lalu melupakannya. 

Mereka membuatnya, kemudian menganggapknya sebagai angin lalu. Sementara aku dan yang lainnya, bisa kehilangan kehidupan kami.

Entah sudah berapa mil jauhnya, aku terusir dari tempat asalku,  dan sedikit luka di kaki yang rasanya membuat mataku ingin menangis.

Aku mendengar suara senapan yang diarahkan pada kawanan kami. Terdengar menakutkan seperti sebuah pembantaian. Siapa yang harus mati, dan siapa yang mampu bertahan, maka dia akan selamat.

Aku telah meninggalkan pasanganku. Saat aku kembali dan memeriksa, aku tidak menemukannya. Juga di tempat dia menaruh telur-telurnya, aku tak menemukan sama sekali.

Sekarang, aku harus melanjutkan pengembaraan. Jika aku bisa bertahan hidup, setidaknya tersisa satu dari jenis kami untuk menahan kepunahan.

Aku ingin memilih pohon yang ditumbuhi banyak daun untuk bersembunyi, tapi di tempat ini entah apa yang terjadi.

Saat aku terus menarik jarak dan mencari tempat menyelinap, aku hanya disuguhi pohon-pohon telanjang. Dan yang sebagian lagi tampak kering tak bergairah.

Aku bertengger pada salah satu ranting. Lagi-lagi aku merenung, mengapa yang terlihat hanyalah pemandangan menunggu mati?

Jangan melihat sungai kecil yang mengalir di tengah sana. Kabut sore membungkusnya dari siapapun. Padahal aku ingin sedikit menikmati airnya. Begitu dahaga kurasakan selama perjalanan ini.

Alhambra. Aku mendengar mereka menyebut nama tempat ini.  Dan teringat sebuah istana yang termashur dan ramai.

Aku ingin terbang ke sana saat matahari muncul besok. Mungkin aku akan menemukan pasanganku yang menangis mengharapkan perjumpaan denganku.

Tapi kurasa mungkin tidak!

Luka di kakiku semakin menganga akibat peluru yang sekaligus menembus bagian dadaku. Separah itu dengan dua luka dan tanpa sedikitpun makanan mengisi lambungku.

Aku pasrah pada Tuhanku. Dia akan memberikan segala yang kubutuhkan, atau akan mengakhiri tugasku sampai di sini.

Jika kau menemukanku dalam keadaan mati, tolong temukan pasanganku agar dia bisa mengerami telur-telurnya kembali.

***

Kota Kayu, 10 April 2023

Cerpen Ayra Amirah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun