Sekarang, aku harus melanjutkan pengembaraan. Jika aku bisa bertahan hidup, setidaknya tersisa satu dari jenis kami untuk menahan kepunahan.
Aku ingin memilih pohon yang ditumbuhi banyak daun untuk bersembunyi, tapi di tempat ini entah apa yang terjadi.
Saat aku terus menarik jarak dan mencari tempat menyelinap, aku hanya disuguhi pohon-pohon telanjang. Dan yang sebagian lagi tampak kering tak bergairah.
Aku bertengger pada salah satu ranting. Lagi-lagi aku merenung, mengapa yang terlihat hanyalah pemandangan menunggu mati?
Jangan melihat sungai kecil yang mengalir di tengah sana. Kabut sore membungkusnya dari siapapun. Padahal aku ingin sedikit menikmati airnya. Begitu dahaga kurasakan selama perjalanan ini.
Alhambra. Aku mendengar mereka menyebut nama tempat ini. Â Dan teringat sebuah istana yang termashur dan ramai.
Aku ingin terbang ke sana saat matahari muncul besok. Mungkin aku akan menemukan pasanganku yang menangis mengharapkan perjumpaan denganku.
Tapi kurasa mungkin tidak!
Luka di kakiku semakin menganga akibat peluru yang sekaligus menembus bagian dadaku. Separah itu dengan dua luka dan tanpa sedikitpun makanan mengisi lambungku.
Aku pasrah pada Tuhanku. Dia akan memberikan segala yang kubutuhkan, atau akan mengakhiri tugasku sampai di sini.
Jika kau menemukanku dalam keadaan mati, tolong temukan pasanganku agar dia bisa mengerami telur-telurnya kembali.