Tidak. Aku tidak ingin berpikir apapun untuk mencemburuinya, aku sudah berjanji.Â
Hanya saja, wanita seanggun dirimu ternyata tak dapat menjaga sebuah buku yang sama yang dia berikan.
*
Aku menatap diri dalam cermin. Menatap kelemahanku untuk membahagiakan pria yang kucintai.
Dua puluh tahun bukan waktu sebentar. Bukan sekali dua kali mereka bertanya tentang tangis bayi di antara kita. Mengapa tak pernah ada?
Apakah kau tidak salah pilih, duhai Pujangga?Â
Aku berjalan dengan satu kaki dan sebuah kruk untuk menyangga. Aku tak dapat mengandung seorang bayi yang akan mewarisi karya-karyamu.
Aku beranjak mengambil wudhu, mendirikan sholat di tengah keheningan.Â
Tak terasa air mataku membasahi pipi. Sebaris doaku tulus untukmu.Â
Aku bahagia mengenalmu. Semoga engkau bahagia di sisi Sang Kuasa.Â
Salam rinduku selalu.