Jika Sahabat terbiasa dengan cerita imajinasi yang saya buat, mungkin Sahabat pernah menemukan cerpen saya yang tiba-tiba bersambung. Lucunya, saya tidak secara sengaja membuatnya, lho... tetapi terjebak!
Sekuel merupakan lanjutan dari cerita sebelumnya. Dapat pula dikatakan cerita dengan tokoh-tokoh yang sama, namun dengan konflik dan latar yang berbeda. Biasanya sekuel diarahkan kepada film.
Pertama kali saya mendengar istilah ini dari Kompasianer Nugraha Wasistha, yang mengingatkan bahwa cerita yang saya tulis, belum menggambarkan apa yang ada dalam judul.
Beberapa Sahabat di Kompasiana, sudah mengetahui bahwa saya menulis cerita fiksi dengan mengambil ide cerita dari sebuah gambar atau foto. Nah, saat itu saya tertarik pada gambar seorang gadis berkulit putih yang mengenakan gaun berwarna biru tua yang anggun.Â
Tapi entah bagaimana, Gaun Biru yang Dicuri, mencapai bagian akhir cerita tanpa sedikit pun menyebutkan tentang pencurian. Konyol, bukan?Â
Lalu, jika Sahabat mengingat, saya juga pernah membuat cerpen fantasi Kunang-kunang Jangan Pergi. Di sana, saya gagal memperjelas ikhwal Putri Naura yang dikutuk oleh seorang penyihir jahat.
Berikutnya, Minggu yang Terlalu Panjang. Juga menuai komentar untuk dilanjutkan.
Bahkan Bu Siska Dewi, idola saya di "rumah bersama" ini, memberikan sedikit alur cerita.
Berikutnya lagi, saya membuat cerita tentang seorang lelaki yang harus bertanggung jawab meski tidak sengaja telah menyebabkan seorang anak kehilangan ayahnya. Seorang Wanita Bernama Aiseta. Masih ingat?
Dan yang belum lama tayang, cerita yang diduga memiliki nuansa horor padahal ternyata tidak sama sekali. Mengapa Teman Kamarku Sering Hilang Secara Misterius? Bahkan, sekuel kedua, Jane Ditemukan Sudah Tak Bernyawa, ternyata masih mengundang rasa penasaran pembaca.
Atas komentar Sahabat Kompasianer tersebut, akhirnya saya memutuskan mencoba memuaskan hati pembaca dengan membuat cerita lanjutan.
Penulis menyadari kelemahan dirinya, mengapa tidak?
Jika ditilik satu per satu contoh kasus di atas, Sahabat akan mudah menyimpulkan alasan pembaca melayangkan komentar senada kepada saya.
Cerita terasa menggantung
Saya pribadi adalah tipikal pembaca yang tidak terlalu membutuhkan bagaimana akhir dari sebuah cerita yang saya baca.Â
Tetapi harus saya akui tidak semua orang dapat menikmati keindahan cerita dari penokohan, gaya bertutur penulisnya, dan konflik yang disajikan saja. Mereka membutuhkan penyelesaian cerita (coda) yang jelas. Bagaimana nasib yang dialami si tokoh cerita.
Tidak adanya kerangka atau struktur tulisan
Dee Lestari, penulis novel Supernova, baru-baru ini menyampaikan tips menulis populer, salah satunya adalah membuat kerangka atau struktur tulisan.Â
Amat disayangkan, hal ini tidak pernah saya lakukan karena selalu menulis secara spontan mengikuti imajinasi belaka. Hal ini menjadi suatu pembelajaran yang berharga bagi saya untuk waktu-waktu mendatang.
Enggan mengedit judul
Ketikan judul yang pertama kali disimpan dalam draft Kompasiana, akan menjadi url yang tidak ikut berubah jika kita kemudian memutuskan untuk mengedit judul tulisan.Â
Padahal, seringkali tulisan yang dibuat tanpa kerangka sebelumnya, akan bergeser dari topik utama. Serta-merta akan timbul ketidaksesuaian judul dengan isi tulisan. Maka tidak aneh jika kemudian pembaca pun meminta cerita dilanjutkan.
Tergesa-gesa membuat penutup
Sebagian penulis, saat berada di depan laptop menjalankan hobby menulisnya, asyik mengikuti imajinasi dan tidak menyadari jumlah halaman yang sudah dibuat.Â
Ternyata oh ternyata, sejauh itu, tulisannya sama sekali belum mengerucut pada ide pokok yang diinginkan di awal.Â
Solusinya, jika memang sudah menyentuh limit, maka cerita akan dilanjutkan pada sekuel berikutnya.
Nasi sudah menjadi bubur
Artinya, dalam menulis cerpen, kita perlu memperhatikan tiga poin di atas. Penyelesaian cerita (coda), kesesuaian judul dengan isi cerita, dan komposisi tulisan.
Catatan di atas, menjadi bagian dari perjalanan saya dalam menulis cerita imajinasi. Saya berbesar hati menerimanya sebagai sebuah proses alamiah untuk berkembang.
Bagaimana dengan Sahabat?
*
Kota Kayu, 7 Desember 2022
Ayra Amirah untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H