Pagi perlahan muncul di jendela. Aku memandangi laki-laki keparat yang berbau amis. Kedua matanya mencuat.
"Kau tidak bisa menghidupkan istri dan anak gadismu meski kau merenggut kehormatan semua wanita, Tuan. Mereka telah menjadi tumbal bisnismu dari kolegamu yang kejam."
"Apa?"
"Nona, apa kau baik-baik saja?"
Aku menatap dua orang laki-laki berseragam putih.
"Dia belum stabil. Ayo, suntik dia."
Aku tersengat. Tapi tenaga temannya lebih kuat. Aku pasrah.
***
Kota Kayu, 26 November 2022
Cerpen Ayra Amirah untuk Kompasiana
 Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!