Akhirnya hari yang ditentukan pun tiba.Â
Aku sudah menyiapkan outfit istimewa untuk bertemu camer. Tunggu. Camer?
"Mama pasti merestui hubungan kita. Mama belum pernah berbeda pendapat denganku. Pokoknya, mama itu camer yang bisa diandalkan, deh!"
Nah, itu kan bahasanya si Ismail? Dia aja yang ngebet mau nikah begitu kami lulus SMU. Aku kan enggak!
"Halo... Ini yang namanya Ophie? Cantik!"
 Aku benar-benar mati kutu, aku harus jawab apa, coba?Â
"Siang, Tante..." akhirnya keluar juga suaraku. Aku berusaha senyum seramah mungkin. Tapi mungkin lebih menyamai seringaian. Duuh!
Tapi si Ismail benar juga. Sesuai wajahnya yang keibuan, mamanya ternyata beneran baik. Easy going gituu.Â
Banyak yang bilang punya mama mertua itu menjadi beban. Kak Nayla, contohnya. Dapat suami penyayang, tapi ibu mertuanya galak seperti singa. Iya, singa!
Selain tatapan matanya yang selalu mengekor, kata-katanyanya juga bikin panas kuping.
"Naaah, ini makanan kesukaan mama sudah datang. Ayo dicicipin.Â