Atau saat dia memanjat pohon jambu, aku menjaga di bawah dan mengumpulkan buahnya ke dalam keranjang. Ibu mengatakan kami seperti tupai, makan jambu setiap hari.
Saat kami remaja, kami saling bertukar baju atau tas jika ingin hang out dengan pacar. Terkadang berakhir dengan noda yang tak bisa hilang. Tapi kita tak pernah saling membenci.
 "Kak? Kak?" aku menggoyang-goyang bahunya. Aku memeriksa napas dari hidungnya dengan belakang jariku, bahkan merapatkan telingaku di sana.
Aku memandang sebuah senyum yang dia tinggalkan, dan wajah lelahnya. Aku menatapinya begitu lekat, begitu lama, dan mengatakan sesuatu dengan lirih.
"Kita tidak bisa dipisahkan, Kak, oleh penyakit itu.
Aku tetap memilikimu, dan kau tetap memiliki aku, adikmu.Â
Sampai jumpa di kehidupan yang lain."
***
Kota Kayu, 5 Oktober 2022
Cerpen Ayra Amirah untuk Kompasiana