Hampir semua aktivitas penjualan tercatat dalam buku. Mulai dari tanggal, nama pemesan, alamat pengiriman, sampai detil tertentu seperti jenis kendaraan yang digunakan atau keluarga yang dibawa. Termasuk saat salah satu tanaman terjatuh dan pecah karena ulah anak lelaki yang datang bersama neneknya. Begitulah.
Dan suatu ketika pria tanpa istri itu datang pukul sembilan, aku juga mencatatnya dengan keterangan: 'pesan bibit Ercis dua kantung'.
Tanpa sengaja seorang wanita menubruknya dari arah belakang saat dia sedang membayar. Pada akhirnya pria itu dan nona Ann terlihat mengobrol di kursi pengunjung.Â
Selanjutnya aku tidak memperhatikan keduanya karena pelanggan lain berdatangan sampai jam makan siang.Â
*
Tapi bukan itu yang membuatku merasa jealous akhir-akhir ini. Awalnya aku hadir dalam acara reuni sekolah yang diadakan bulan Agustus kemarin.Â
Meski siang sebelumnya aku kelelahan karena banyak paket ekspedisi yang masuk, rasanya mustahil menghindar dengan alasan kurang enak badan sebab teman-teman alumni banyak yang melancarkan bisnisku selama sepuluh tahun ini.
Ternyata hanya aku dan si culun Rein yang masih betah menjomblo, sejauh ini. Masing-masing sudah mempunyai keluarga, bahkan ada yang sudah dua-tiga kali menikah.
Ini bukan tentang mitos aku akan jadi perawan tua atau apapun. Tapi aku mulai menyadari bahwa memiliki keluarga adalah hak dasar yang perlu diperjuangkan. Hari demi hari akan jauh lebih terasa hangat jika kita menikmatinya bersama suami dan anak-anak. Bukankah itu tujuan orang mencari uang?
Keluargaku mungkin pernah menyindir bahwa pundi-pundiku sudah dipenuhi dengan uang, tapi aku tidak mempunyai cara untuk menghabiskannya karena Mike meninggalkanku demi gadis lain. Aku patah hati, sementara Mike bersenang-senang di sana.
*
Pada hari Minggu yang cerah, pria tanpa istri itu datang bersama putrinya yang kemudian kuketahui bernama Sophia. Usianya sekitar sembilan tahun dan sangat manja karena selalu berpegangan pada ayahnya.