Dulu, semasa kecil saya membaca majalah Bobo yang dibeli bapak di pasar loak. Dan saat remaja, saya membaca majalah Anita, Aneka, Kawanku, Nida, bahkan Femina.
Saya sangat menikmati aktivitas membaca, entah berapa jam dalam seminggu. Yang pasti saya lebih memilih membaca ketimbang ngobrol atau nge-mall.
Saya menjadi anggota aktif di perpustakaan sekolah, Umum, dan Daerah Samarinda. Dari sana saya menemukan hal-hal baru. Seperti kata pepatah, "buku adalah jendela dunia".
Seiring waktu, sahabat di rumah bersama ini berkenan menghadiahi saya buku karya mereka. Sebut saja Mbak Ari Budiyanti, Bu Guru Tati Ajeng Saidah, Pak Pujangga, Ali Musri Syam, dan tentu tidak ketinggalan panutan kita bersama, Ayah Tjiptadinata dan Bunda Roselina.
Ada beberapa penulis lain yang juga saya banggakan, tetapi belum beruntung memiliki karya mereka. Di antaranya idola saya, Pak Ikhwanul Halim.Â
Apa artinya?
Artinya saya semakin mencintai buku. Semakin ingin menambah apa yang saya baca. Saya menikmati hari-hari saya tanpa perasaan bosan seperti sebelumnya.
Menulis mendatangkan banyak sahabat Â
Nah, ini adalah bonus yang sangat luar biasa bagi saya pribadi. Saling memberi dukungan serta interaksi via perpesanan atau media sosial lainnya, telah menautkan dan mempererat kemistri, kecocokan satu dengan lainnya.
Adalah Kompasianer Prajna Dewi yang mendapat tugas sebagai pembicara tunggal dalam seminar parenting yang berlangsung tadi malam di hotel Midtown Samarinda.
Kami belum lama dipertemukan dalam grup perpesanan, baru hitungan bulan. Tetapi sejak awal, kami merasa satu frekuensi, satu hati.
Bersama Kompasianer Siska Artati, kami bersepakat mengadakan kopi darat di sela-sela waktu beliau. Jujur, durasinya juga tidak genap satu jam, tetapi sangat berkesan dan membahagiakan. Alhamdulillah.