Tetapi ada pula cerpen yang tidak memerlukan latar cerita. Biasanya berupa kisah kegalauan atau patah hati.
5. Menentukan plot/alur cerita
Plot/alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dalam cerpen. Bagaimana pengenalan tokoh cerita, konflik, sampai antiklimaks yang sifatnya tunggal. Tidak bercabang seperti halnya pada novel, dan tidak bertele-tele.
Pada cerpen tertentu, alur cerita tidak tampak menonjol. Tetapi pada cerpen lainnya lagi, alur cerita lah yang menjadi kekuatan sebuah cerita.Â
Pembaca akan terkesan bagaimana peristiwa demi peristiwa bisa membentuk akhir cerita yang menarik hatinya. Bahkan akan diingatnya terus dalam waktu yang lama.
6. Gaya bahasa
• Masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan
• Pria itu pencopetnya, dia pelakunya, dia yang mengambil dompet saya
• Dasar tidak becus! Kalau tidak bisa mengerjakan ini, apa kamu hanya akan jadi sampah di sini?
Salah satu yang menarik perhatian pembaca, termasuk saya, adalah gaya bahasa penulisnya. Gaya bahasa disebut juga dengan majas.Â
Jika kamu amati, di antara cerpen yang kamu baca ada yang untaian kalimatnya memukau dan menimbulkan decak kagum. Ini adalah salah satu unsur intrinsik yang membuat orang tertarik membaca cerpen.
Jadi, tujuan penggunaan majas selain untuk mendapatkan perasaan emosional terhadap apa yang mereka baca, juga menimbulkan nilai estetis tersendiri.Â
Penulis cerpen yang sangat terlatih, memiliki gaya bahasa yang menarik bahkan mengikat pembacanya menjadi penggemar.Â
Tetapi ini adalah keterampilan yang harus terus diasah. Jadi, jika kamu adalah pemula, jangan ragu untuk terus berlatih, yaa.
7. Menentukan amanat cerpen
Karya sastra lama seperti novel dan termasuk juga cerpen, lahir untuk menyampaikan kritikan atau pesan sosial kepada masyarakat.Â
Maka, serasa tidak sempurna jika cerpen yang kamu tulis tidak memiliki amanat untuk orang yang membacanya, bukan? Karya sastra ini akan terasa hambar dan tidak meninggalkan kesan mendalam.