Saat kita datang, bagian dalan terpal sudah berjamur dan kotor. Beberapa tulangan kayunya lapuk dan patah.Â
Di sekitarnya teronggok beberapa polibag yang tidak terawat. Banyak daun-daun kering tidak dibersihkan.Â
Konon dari arah sinilah seekor biawak merayap melewati tulangan kayu yang patah, atau dia yang membuatnya patah.Â
Pada bulan Juli saat itu, ikan nila di kolam sedang menjalani fase musim kawin. Nila jantan berubah keperakan dengan sirip dan ekor berubah pink cerah. Hampir seperti dari spesies lain, bukan lagi nila.
Mimpi buruk pun datang.Â
Ikan nila panik karena seekor predator menyeringai di tengah-tengah mereka. Matanya mengintai, cakar yang tajam, dan kulit yang keras untuk dilumpuhkan.
Ancaman kematian terasa sangat mengerikan. Lebih menakutkan dari jala penangkap ikan, saat Kak Mala ingin menjadikan menu makan siang.Â
Beberapa kali air di kolam susut. Kak Mala selalu menambah air, tetapi sepertinya memang ada bagian yang bocor
Entah pada serangan keberapa, pada suatu hari yang hujan, ikan nila itu melompat seperti gila, bahkan satu di antaranya sudah keluar meninggalkan kolam. Kak Mala memergoki ikan itu sudah lima meter dari sana, nyaris masuk saluran air atau menjadi mangsa tujuh ekor kucing peliharaannya.
Pada hari yang lain, biawak yang tak kenal belas kasihan, masuk ke dalam kolam dan memilih ikan nila paling menggairahkan.Â
Kak Mala mengasihani nila betina yang sedang bertelur dan selalu menjaga pojok kolam wilayahnya. Pasti ikan nila betina ketakutan luar biasa.Â