Orang-orang yang tinggal di apartemen di depannya, sebagian memiliki status seperti dirinya. Sudah menikah tetapi belum punya rumah. Artinya secara ekonomi, mereka juga belum siap membina keluarga kecil, bukan?
Entah mendapat ide darimana, Luna kemudian memutuskan minum pil penunda kehamilan sejak gerbang pernikahan dibuka untuk dia dan suaminya. Mereka masuk ke dalamnya, dengan satu rahasia yang akhirnya terungkap.
Malam itu, Luna diminta tidur lebih dulu karena suaminya  harus mempersiapkan jadwal kegiatan selama seminggu bertugas di luar daerah.Â
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Saat pergi ke dapur untuk membuat kopi, suaminya menemukan sisa pil yang seharusnya tidak diminum Luna. Dia sangat mendambakan kehadiran buah hati, yang menurutnya akan membuat suasana lebih bahagia.
*
Pagi itu Luna bangun lebih awal dari biasanya. Pukul 05.30. Dia ingin menyiapkan air hangat untuk suaminya mandi, membuat sarapan, lalu mengantar belahan jiwanya ke bandara.Â
Khusus hari ini, Luna mendapat izin tidak masuk kerja, tetapi lain kali tidak ada izin yang kedua.
Ternyata suami Luna sudah duduk manis di depan laptop dengan secangkir Cappucino di dekatnya. Pakaiannya sudah rapi dan rambutnya juga sudah tertata dengan pomade.
"Selamat pagi, Sayang... Apa kau tidur, semalam?" tanya Luna keheranan.
Suaminya hanya menggeleng sedikit, dan tidak berusaha melihat ke arahnya sama sekali. Luna mulai merasa ada yang tidak beres.
Dia duduk di sisi suaminya sambil tangannya merangkul manja. Sekejap matanya menangkap benda itu di meja, di antara kunci mobil dan kotak tisu. Pil yang biasanya dia letakkan di lemari dapur dekat barisan cangkir dan gelas kaca!