Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Feline Lower Urinary Tract Disease, Penyakit Mematikan pada Kucing

23 April 2022   08:40 Diperbarui: 24 April 2022   03:00 1540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Parker Coffman via kompas.com

Memelihara anabul, merupakan hobi yang menyenangkan bagi pencinta hewan manja ini. Tak masalah berapa biaya yang dihabiskan selama sebulan, asal bisa menyentuh bulu mereka yang halus dan lembut, semua ikhlas dilakoni.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi cat lovers di manapun berada.  

Si Putih yang malang

Lower Urinary Tract Disease (LUITD) atau gangguan saluran kemih bagian bawah, telah menimpa salah satu kucing peliharaan kami. Si Putih (jantan), namanya. 

Si putih bersama kucing lainnya saat cuaca hujan|foto: dokpri
Si putih bersama kucing lainnya saat cuaca hujan|foto: dokpri

Spesies anggora yang saya minta dari seorang teman ini, sudah sekitar tiga tahun kami rawat dan pelihara. 

Semula kondisinya sangatlah memprihatinkan. Bulu bokongnya mengeras membentuk perisai sampai ke bagian ekor, dan nyaris mati kelaparan. 

Sang empunya merasa kewalahan karena kucing mereka terus beranak-pinak. Hanya tersedia dua kandang besar serta satu kilo makanan kering kemasan untuk tiap dua hari. Anak kucing yang belum genap setahun, kalah berebut makanan dibanding kucing-kucing dewasa.

Selain si Putih, saya juga meminta kucing berbulu coklat yang kemudian kami beri nama si Kokat (betina). Kondisinya tidak jauh berbeda, kurus akibat kelaparan dan bulunya membentuk gimbalan.

Si Kokat, aetelah bulunya tumbuh normal dan mempunyai bayi|foto: dokpri
Si Kokat, aetelah bulunya tumbuh normal dan mempunyai bayi|foto: dokpri

Suka duka memelihara kucing, telah menjadi bagian dari hidup kami. Salah satunya pernah saya tuliskan saat si Kokat melahirkan bayi satu-satunya.

Artikel terkait: Cacing Gelang, Parasit yang Menular Melalui ASI Induk Kucing

Kondisi si Putih akhirnya membaik setelah mendapat prioritas makanan dan terpisah dari kucing kami lainnya.

Saya mulai dengan memberikan makanan basah agar ia tak repot mengunyah. Setelah terlihat mulai bertenaga, saya seling dengan makanan kering mengandung susu dan omega agar bulunya cepat berganti baru. 

Beberapa bulan kemudian, kulit bagian ekor yang ditumbuhi bulu gimbal tampak benar-benar kering dan membuka, siap untuk dibuang. Suami inisiatif membantu dengan cara digunting lalu dibubuhkan obat agar kulit ekor cepat pulih.

Sedangkan si Kokat, cukup diberikan makanan tinggi nutrisi sambil membuang bulu gimbalnya sedikit demi sedikit. Kedua anabul sengaja tidak saya mandikan sampai keadaannya benar-benar sehat.

Begitulah, merawat kucing membutuhkan ketelatenan dan kasih sayang. Kondisi keuangan yang terbatas tidak memungkinkan kami membawa mereka ke dokter hewan. Namun ini tidak menghalangi kepedulian kami terhadap sesama makhluk Tuhan.

Si Putih dalam kenangan|foto: dokpri
Si Putih dalam kenangan|foto: dokpri

Sayangnya, riwayat hidup si Putih tidaklah seindah bola matanya yang kebiruan. 

Berikut kelanjutan kisahnya...

Setelah bulu di bokongnya berganti dengan bulu baru, saya memandikan si Putih dengan air hangat dan sampo. 

Pet shop langganan saya membeli pakan kucing, sebenarnya menyediakan jasa memandikan kucing maupun anjing. Tetapi saya memilih melakukannya sendiri di rumah untuk menghemat biaya perawatan.

Setelah selesai memandikan, saya menyelimuti si Putih dengan kain kering beberapa saat. Lalu membiarkannya berjemur sambil menikmati makanannya. 

Anak-anak saya dengan senang hati menyisir bulunya sambil memuji-muji kalau si Putih sudah wangi dan cantik.

Pada suatu ketika, saya menyadari ujung daun telinga si Putih mulai ditumbuhi jamur. Penyakit ini umum dialami kucing dan tersedia salep untuk mengobatinya.

Oya, mungkin Sahabat pembaca bertanya-tanya dalam hati, seperti apakah karakter si Putih?

Sepanjang pengalaman kami, kucing anggora dan kucing kampung yang dipelihara bersama-sama, bukanlah suatu kondisi yang nyaman bagi "si bule". Mereka kalah agresif dan lebih banyak mengalah.

Tetapi bila diamati, antara si Putih dan si Kokat juga memiliki perbedaan karakter. Si Putih cenderung pasif, lebih banyak tidur (untuk memulihkan kesehatannya) dan enggan mencari pasangan. Sementara si Kokat, suka bermain tali, berjalan ke sekitar rumah, dan menerima ketika kucing jantan tetangga mengajak berdua-duaan.

Kematian yang tragis

Sebagian kucing kami yang tertangkap kamera|foto: dokpri
Sebagian kucing kami yang tertangkap kamera|foto: dokpri

Seperti yang saya sampaikan di awal, Lower Urinary Tract Disease (LUITD) atau gangguan saluran kemih bagian bawah telah menimpa salah satu kucing peliharaan kami, si Putih. Dan saya rasa, salah satu penyebabnya karena saya tidak memahami dengan baik risiko apa saja yang mengancam hewan peliharaan kami.

Penyakit ini dikenal juga sebagai sindrom urologik kucing/feline urologic syndrome, disingkat FUS

Melansir dari Wikipedia, LUITD secara umum ditandai dengan:

Pembentukan kristal yang memicu terjadinya inflamasi, perdarahan urine, sulit pipis, bahkan menyebabkan obstruksi aliran normal urine keluar dari VU yang dapat menyebabkan kematian. (referensi: Pinney 2009).

Akibat dari akumulasi kristal mineral pada saluran kemih ini bisa berupa:

  1. Radang kandung kemih cystitis
  2. Urolithiasis, atau pembentukan batu VU
  3. Pembentukan sumbat pada uretra berupa pasir kristal mineral
  4. Uremia, yaitu pengumpulan zat kimia beracun pada aliran darah (referensi: Duval 2002)

Sebenarnya kucing jantan dan betina sama-sama berisiko mengalami LUITD, tetapi kucing jantan seperti si Putih lebih berisiko mengalami obstruksi yang mematikan. Uretra kucing jantan lebih kecil dari kucing betina sehingga lebih memungkinkan terjadinya penyumbatan.

Masih dari sumber yang sama, penyumbatan kristal mineral disebabkan oleh:

  1. Pakan kucing banyak mengandung magnesium yang menyebabkan pH urine menjadi basa
  2. Kurangnya asupan air yang menyebabkan kucing jarang pipis
  3. Kucing malas bergerak akibat obesitas
  4. Kandang yang terlalu kotor

Gejala yang tampak antara lain: si Putih mengeong merasakan sakit saat pipis, tidak nafsu makan, lemas, perut menegang dan muntah. 

Sebenarnya, ada pengobatan yang dapat dilakukan jika sahabat pembaca mengalami kejadian serupa.

  • Terapi keteterisasi, atau upaya mengeluarkan urine dan kristal
  • Suntikan untuk mengatasi muntah dan dehidrasi
  • Mengembalikan pH tubuh
  • Memberikan antibiotolik untuk mencegah infeksi sekunder

Tentunya hal ini tidak dapat dilakukan sendiri melainkan harus membawa ke dokter hewan.

RIP si Putih

Si Putih yang malang|foto: dokpri
Si Putih yang malang|foto: dokpri

Dengan sangat menyesal, kini kami kehilangan seekor kucing yang pernah berusaha kami selamatkan sebelumnya.

Perhatian dan kasih sayang saja, ternyata tidaklah cukup untuk merawat hewan peliharaan. Dibutuhkan lebih banyak wawasan untuk memastikan kesehatan pets kesayangan agar bisa berumur lebih panjang.

Kota Kayu, 23 April 2022

Ayra Amirah untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun