"Nyonya Smith adalah wanita yang hebat. Dia tidak pernah meminta pendapat sahabat-sahabatnya, dan memutuskan sendiri apa yang akan dia lakukan. Kalian tahu kan, Nyonya Smith adalah wanita yang sukses?" kataku lagi, berharap gadis-gadis itu memahaminya.
"Yaaahh, Nanny! Itu sih bukan jawaban yang kami butuhkan..." protes si bungsu merajuk.
"Kami butuh tahu riwayat ketiga benda yang posisinya dikecualikan dari seluruh aset yang diwariskan!"
Aku berpikir beberapa lama. Seandainya Nyonya Smith mendengar pertanyaan ini, jawaban apa kira-kira yang akan dia berikan?
"Tidak ada riwayat khusus, Sayang."
"Termasuk gorden itu?" Sarah bertanya sambil menggoyangkan kepalanya.
"Sejujurnya itu semua adalah hak dan keputusan mama kalian. Kita tidak usah membahasnya lagi, okey?" aku coba membujuk.
"Tuh kan, aku kan sudah bilang..." Jolly menyambar penuh kemenangan, membuat Peace manyun di kursinya.
*
Pukul empat sore, anak-anak Nyonya Smith sudah meninggalkan rumah bersama tim notaris. Mereka akan melihat beberapa aset yang tidak pernah disebut wanita itu semasa hidupnya.
Aku memutuskan membersihkan kamar utama, sebelum nanti menyiapkan makan malam.Â