Setiap orang menyimpan misteri dalam diri mereka. Ya, aku tahu. Itu sebabnya dulu aku menerima kamu jadi pacarku, tetapi tiga hari yang lalu kamu memilih meninggalkanku.Â
Apa aku harus menangis?
Bestiku ingin aku membalas perbuatanmu dengan opsi standar saja. Menerima cinta si tampan William dan menonton film "Menjelang Magrib"Â di bioskop kesayangan kita. Ya, aku tahu. Sebenarnya kamu sudah merencanakan pergi bersamaku 31 Maret nanti, bukan?
Mereka pikir, di waktu kamu melihat aku dan William bergandengan nanti, kamu akan menyesal karena telah mencampakkanku sesuka hati.Â
Sayang sekali aku bukan tipe orang yang suka memanas-manasi. Biarlah gadis penggantiku sembunyi di bahumu saat menahan rasa takut. Mungkin perlahan dia juga akan menyukai genre horor favorit kamu. Sama sepertiku dulu.
Jujur, aku hanya perlu waktu sehari untuk melupakan kamu. Tentu, aku sayang kamu layaknya gadis lain menyayangi pacar mereka. Tapi aku cepat menerima kenyataan kalau kamu bukanlah jodohku. Seperti yang dikatakan Tulus, penyanyi favoritku. Selain itu aku menyadari kalau aku nyaman sendiri.Â
Kamu tahu mengapa aku belum ingin jadian dengan si tampan William? Bagiku menemukan pengganti bukanlah satu-satunya opsi untuk move on. Aku percaya menjadi jojoba jauh lebih menarik ketimbang memikirkan kisah baru yang boleh jadi lebih ruwet.Â
Dan kamu tahu kan, alasan keduaku adalah setiap orang menyimpan misteri dalam diri mereka. Sekarang bilang cinta, tapi lusa dia berkhianat!
*
Aku sedang mengemas kardus berisi barang pemberianmu selama kita pacaran dulu. Tak satu pun dari barang-barang itu kamu beli dengan harga murah. Semua expensive dan membuat iri sahabat-sahabatku. Tapi bukan karena alasan itu aku harus mempertahankannya, sementara hati kamu sekarang menjadi milik gadis lain.
Kuberi tahu itu adalah cara pertama bagaimana aku bisa melupakan kamu dalam waktu hanya sehari.Â
Cara kedua jauh lebih mudah. Aku hanya perlu menyumbat lubang persembunyian air mataku serta meyakini kalau kamu bisa meninggalkanku, kenapa aku harus baper dan terluka?
Nah, jadi jelas bukan, meski banyak orang di luar sana gagal untuk melupakan pasangannya, tidak otomatis sama denganku. Aku adalah orang dengan pribadi berbeda.
Bagiku, seorang asing seringkali tampak sempurna pada awalnya. Mereka menarik, simpatik, baik bahkan enerjik. Tapi tunggu saja, waktu akan segera menunjukkan siapa diri mereka sebenarnya. Apakah mereka benar-benar tipe orang yang setia, atau sebaliknya.Â
Lagipula kamu pasti belum lupa bukan, alasan apa yang kamu katakan sebelum kita putus. Kamu tidak menyukai gadis yang terlalu banyak menganalisa segala sesuatunya sepertiku, yang mungkin bisa membuat kamu muak pada akhirnya. Percayalah, aku masih seperti itu adanya sampai detik ini.
Bagiku, menganalisis dan mempelajari setiap peristiwa serta tanda-tanda yang terlihat, tidak seperti seorang detektif yang akan membuktikan kamu bersalah. Sama sekali bukan.Â
Justru dengan memperhatikan langit di atas sana telah berubah kelabu, angin terasa dingin dan lembab, maka kita akan bersiap-siap menghadapi hujan dengan payung atau mantel, atau mungkin sebaiknya membatalkan saja rencana hari ini.Â
Dengan bersiap-siap tentang segala sesuatunya, kita akan lebih tangguh menghadapi lika-liku hidup ini. Tak perlu menangisi apa yang ditakdirkan pergi dari hidup kita, termasuk kegagalan yang harus kita rasakan pahit.
*
Setelah aku dan kamu tak saling terikat, aku bisa merasakan lagi kebebasan yang sempat kutinggalkan. Dulu aku mengira berpacaran akan membuat hari-hariku ceria dan malam minggu menjadi hangat.Â
Setidaknya itu karena aku mendengar pengalaman kakakku dan melihat dia lebih bahagia saat mempunyai pacar. Tetapi saat mereka sudah bertunangan, kakakku menjadi begitu terpuruk karena Tuhan mengambilnya dalam sebuah kecelakaan pesawat.
Kebebasan bukanlah suatu omong kosong setelah aku membuktikan mempunyai pacar tidak berarti ceria tanpa pertengkaran kecil. Chatting dengan teman cowok atau bahkan memilih gaya busana tiba-tiba menjadi "tidak bebas" begitu kita pacaran. Dan bukannya aku tidak ingin menyenangkan hati kamu dengan menuruti ini-itu, tapi pacaran tidak harus mempersempit pertemanan atau merubah selera berpakaian, bukan?
Di kursimu, kamu menatapku dengan sedih karena mulai meraba apa jawabanku. Sebaliknya, aku semakin yakin karena sudah mengatakan semua ini panjang lebar.
"Jadi kamu ngga mau kita balikan?" tanyamu menyimpulkan.
"Kamu benar-benar sudah menutup pintu hati untukku?"
Aku mengangguk pasti. "Ya, aku nyaman sendiri!"
Kota Kayu, 26 Maret 2022
Cerpen Ayra Amirah untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H