Kulirik jam di dinding. Pukul empat sore. Satu jam lagi Lukas sampai di sini. Menurut rencananya aku harus berpura-pura keluar bersama baby A. Aku harus pura-pura kehilangan bayi dan panik. Dengan demikian aku menyelamatkan nyawa adikku yang disandera. Ini omong kosong!
Segera kuhubungi nyonya rumah. Dia memberiku beberapa petunjuk. Sebaiknya aku memenuhi rencana penculikan ini. Pada saat yang sudah diperhitungkan, kawanan polisi langsung menyergap Lukas dan komplotannya. Aku terbebas dari ancaman undang-undang, dan adikku dapat diselamatkan.
*
Aku melihat baby A telah tumbuh menjadi balita tiga tahun yang lucu. Dia berjalan ke arahku dengan senyumnya yang imut. Setangkai bunga dahlia dia berikan sebelum memelukku.Â
Aku terbangun pada jam dua pagi. Kunyalakan lampu kamar dan mendatangi box tidur baby A. Ia masih pulas dengan mimpinya. Sebentuk senyum yang sama dia tunjukkan. Dia pasti bermimpi indah karena terhindar dari rencana Lukas. Syukurlah.
Kota Kayu, 19 Maret 2022
Cerpen Ayra Amirah untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H