Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Camar Pulang Senja

10 Maret 2022   08:06 Diperbarui: 10 Maret 2022   08:20 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata ia mendapatkan pengkhianatan dari wanita lain yang dianggapnya sempurna. Lelaki itu dicampakkan dengan alasan sudah bosan. Setelah pengorbanan dan pemberian yang tak terhitung, barulah ia dikata-katai dengan keji.

Sekarang lelaki itu dapat merasakan sakit yang selama ini ditanggung istrinya. Ia tidak pernah menceraikan, tapi tidak pula memberi perhatian.

Ia bukannya tidak tahu, wanita di hadapannya sempat merasa depresi. Kehilangan gairah hidup dan memilih mengurung dirinya di kamar. Menggelepar meratapi takdir saat ia harus kehilangan orang yang dicinta. 

Untunglah Ara dapat mendampingi dan merawat ibunya dengan tulus. Wanita itu tak kehilangan kasih sayang sepenuhnya, ia masih mendapatkannya dari Ara.

Hal inilah yang membuat lelaki itu meragu untuk kembali. Apakah istri dan anaknya mau menerimanya kembali? Jawaban apa yang akan ia berikan pada gadisnya? Sebagai ayah ia telah memberi contoh yang buruk. Ia telah berlaku curang dan kejam. Bagaimana seandainya dulu Ara frustasi karena kesalahan yang ia perbuat? 

Wanita itu berhenti memekur wajah suaminya. Ia beranjak ke tepi jendela yang tertutup rapat. 

Ada senja di sana. Warna emasnya begitu rupawan menimpa lembah di bawah rumah mereka. Sayang sudah lama ia tak menikmatinya. Berjalan di lembah dan melihat bunga-bunga memenuhi tempat itu bersama belahan jiwanya.

Apa yang harus dilakukannya sekarang. Kalimat apa yang bisa ia berikan untuk suaminya?

Lelaki itu menarik sebuah buku di atas meja. Ternyata buku jurnal toko roti istrinya yang sekarang mati suri. Ia mencoba memeriksa, karena semestinya buku ini masih digunakan sampai berada di meja kamar.

Wajah lelaki itu berubah pucat, tak kuasa menahan rasa bersalah yang terus menekan batinnya. Ada banyak catatan di halaman belakang buku tersebut. Ia membacanya satu per satu sebagaimana istrinya mampu menulisnya.

Seratus lima puluh, suamiku pulang ke rumah, tetapi hatinya terus berada di luar. Ia sama sekali tidak menghiraukanku. Dua ratus tujuh puluh empat, Ara menghaduri acara kelulusannya tanpa ibu atau ayahnya. Ia meraih nilai terbaik, tapi tak mendapat dukungan apapun dari kami. Delapan ratus satu, Tuhan tolong maafkanlah kami yang gagal menjaga keluarga ini. Sembilan ratus, jika Tuhan izinkan tolong berilah saya satu kesempatan. Seribu satu, Tuhan saya akan menerima apapun takdir yang Engkau berikan dalam hidup ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun