Jika anak remaja mempelajari bagaimana menemukan solusi dari masalahnya dan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, maka hal ini akan terbawa ke masa dewasa sebagai pola kebiasaan.
Sebaliknya, jika remaja terbiasa bersikap lemah, pesimis dan menarik diri, maka hal ini pula yang akan terbawa ke perkembangan selanjutnya. Nah, menjadi penting, bukan?
Lalu, apa yang dapat dilakukan orangtua dalam hal ini?
Pertama, membangun rasa percaya diri (self confidance)Â anak remaja.Â
Sikap yakin kepada diri sendiri ini, penting untuk menekan sifat pemalu yang bisa menyeretnya tumbuh menjadi seorang introvert. Caranya:
- Mengajarkan bagaimana menghadapi rasa takut. Selain saya memberikan arahan, setiap hari ia saya haruskan menyimak video motivasi dari saluran YouTube. Rasa takut harus dikendalikan agar tidak menghambat kemampuan diri
- Bersikap terbuka pada orang lain dan tidak menutup diri. Dalam hal ini saya memintanya untuk belajar/mengerjakan tugas sekolah tidak lagi di dalam kamar, tetapi di ruang keluarga. Selama ini ia banyak menghabiskan waktu di kamar dan terkesan mengurung diri. Jadi, sekarang ia harus bergabung di tengah tengah anggota keluarga lainnya. Termasuk ketika abahnya pulang dari bekerja, ia tidak boleh hanya berada di dalam kamar
- Berinteraksi. Antara lain saya memintanya berbicara secara mandiri dengan pustakawan sekolah untuk mengurus keanggotaan dan meminjam buku di sana
- Tidak membandingkan diri dengan orang lain
Kedua, memperkenalkan tentang public speaking kepada remaja.Â
Ini adalah kemampuan menyampaikan atau mempresentasikan suatu topik pembicaraan di depan umum/audiens.
Kunci public speaking itu adalah:
- Belajar memposisikan tubuh secara rileks, misalnya dengan posisi duduk terbuka, serta menggunakan pernafasan perut
- Belajar berbicara di lingkungan dekat, contohnya keluarga
- Membentuk mindset bahwa kita bukan pusat kendali kehidupan orang lain
- Jangan fokus pada penampilan, tetapi pada pembicaraan
- Persiapkan materi dengan baik. Bisa berlatih di depan cermin atau dengan merekam suara
- Terus berlatih. Kebetulan, suatu hari di semester kedua sekolahnya, anak sulung kami bercerita tentang tugas membuat presentasi di depan kelas. Saya pun menanggapi dengan memberikan beberapa pandangan tentang apa yang penting dari tugas tersebut. Juga menceritakan di masa sekolah dulu, saya pun demikian.
Ketiga, memberikan tugas.
Untuk mencapai perkembangan terbaru, apakah anak sulung kami sudah meninggalkan sikap malu-malu dan mulai menjadi percaya diri, saya sengaja memberikan tugas untuk dilakukan secara mandiri.
Yang pertama adalah berbicara dengan pustakawan sekolah, seperti yang saya sampaikan di atas.Â
Mulanya ia menanggapi dengan manja dan terkesan ingin menolak tugas ini. Tetapi saya terus mendorongnya.Â