Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita dalam Berkas Sinar

6 Maret 2022   07:57 Diperbarui: 6 Maret 2022   07:58 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*

Ketika di bulan kesepuluh, adik perempuannya mencium gelagat tidak baik tentang saudarinya yang dilanda depresi, Meimei mengamuk dan marah di kantor suaminya. Begitulah yang diceritakan lelaki itu dengan nada suara dingin.

Wanita itu bergeming. Dia tahu persis apa yang dilakukan adiknya adalah bentuk pembelaan untuk dirinya. Adiknya pasti menyayanginya, dan sedikitpun tidak bermaksud memperkeruh suasana. Sedikit pun wanita itu tak ingin menyalahkan.

Mata yang tak pernah menatap kepadanya, suara yang dingin, dan tidur dengan selalu berbalik punggung, tidak harus dipedulikannya. 

Wanita itu sangat paham, cinta yang perlahan menjadi mati, akan berubah daunnya dan tak pernah lagi berbunga. Itu menjadi tidak penting, ketika apa yang dititipkan Tuhan akan diambil kembali dari pelukannya.

Mungkin pula dia masih harus menunggu hari demi hari yang mungkin akan berpihak padanya. Bukankah burung terbang jauh akan kembali pulang? Bahkan jika takdir mengharuskannya kesepian di hari tuanya, wanita itu yakin akan menjalaninya dengan begitu tabah.

"Tapi mengapa, Maaa?" tanya putrinya, lagi, kali ini dengan sorot mata menderita.

Wanita itu terus menggenggam tangan Ara, namun pandangannya di arahkan ke luar jendela yang terbuka sedikit. Seberkas sinar menerobos, menimpa kecantikannya.

Ada satu keyakinan yang selalu ia pertahankan. Wanita itu ingin sekali mengajari Ara di usianya sekarang. Hanya saja ia belum tahu caranya.

"Ara sayang, mama minta maaf atas konflik antara mama dan papa ya. Kelak jika dewasa, Ara pasti mengerti..." hanya kalimat itu yang mampu diucapkannya.

Gadis itu akhirnya mengangguk, menahan dirinya seperti ibunya bertahan selama ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun