Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perahu Tua dan Pemiliknya

20 Februari 2022   07:01 Diperbarui: 20 Februari 2022   07:42 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu pernah bertanya, "Apa yang akan kau dapat di kota sana, Nak?" Tapi tak digubrisnya.

Ternyata kota begitu indah pada malam hari. Penuh titik-titik lampu di atas gedung-gedung. Langit menjadi dekat dari ujungnya.

Ribuan atau jutaan kendaraan lalu-lalang di bawah jembatan. Berbaris dan bergerak pelan mengikuti bentuk kelokan. Mirip ular merayap entah tak henti.

Gadis-gadis kota, mencuci matanya pada siang hari. Kulit putih, gaya modern dan keramahan dari wajah cantik yang belum pernah ditemukannya.

Ada komplek pertokoan dan pusat perbelanjaan yang dipenuhi orang-orang. Bagaimana cara menyusup di tengah-tengah orang yang sibuk? Bahkan ia tak tahu harus membeli dengan apa.

Ada banyak restoran di tiap ruas jalan. Beragam makanan enak yang belum pernah dinikmatinya selama hidup. Pengunjung tampak senang menyantap makanannya. Ah, perutnya mulai keroncongan.

"Ternyata kota ini panas," bisiknya, saat beristirahat di pinggir trotoar. Mulai diperhatikannya hiruk-pikuk pedagang kaki lima. Ada begitu banyak pejalan kaki. Sepertinya tak saling kenal hingga tak ada tegur sapa. Mereka hanya mengurus keperluannya masing-masing.

Tiba-tiba seorang ibu menjerit. Tasnya dijampret dan dibawa kabur lewat kerumunan. Tak lama kemudian orang-orang menyeret sang pelaku. Tubuhnya sudah babak belur tak karuan. Mungkin sudah pula diinjak-injak. Masih ditambah omelan ibu tadi.

Tenggorokannya mulai kering. Botol air minumnya telah kosong. Ia berjalan, mencari orang baik yang mau memberinya minum.

Sudah tiga hari ia tinggal di kota. Tidur di mana saja yang tak diusir petugas. Saat kebelet pipis sudah membuatnya kebingungan. Belum lagi rasa lapar yang belum terisi apa-apa.

"Mau roti?" tiba-tiba keajaiban itu datang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun