Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bagaimana Caranya agar Anak Suka Buah dan Sayur?

28 Januari 2022   10:43 Diperbarui: 29 Januari 2022   04:00 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak dwngan berat badan berlebih|foto: klikdokter.com

Kampanye isi piringku oleh Kementerian Kesehatan, membagi 50 persen berisi buah dan sayur, dan 50 persen lagi karbohidrat dan protein. Tidak terkecuali bagi balita. Bila Bunda sudah mengajarkan mengonsumsi buah dan sayur sejak mereka kecil, ke depannya tidak merasa kesulitan lagi.

Setidaknya ini adalah pengalaman bersama ketiga buah hati kami. Sebagai penyuka buah dan sayur, saya sadar betul untuk membiasakan mereka sejak awal.

Buah dan sayur bagi anak

Umumnya, para orang tua beranggapan sayur adalah menu bagi orang dewasa saja. Sebab, serat pembentuk sayur sulit dikunyah dan ditelan anak-anak.

Jika ini yang Bunda rasakan, saya mempunyai saran untuk membagi potongan sayur menjadi lebih kecil. Atau bisa juga diblend dan dibuat naget ayam.

Untuk batita, Bunda bisa membuat cacahan wortel, kentang, tomat, atau jagung manis lalu mencampurnya ke dalam bubur nasi bersama sosis, suwiran daging ayam, ikan atau telur rebus.

Ilustrasi bubur nasi dengan cacahan sayur|foto by Elisa @cookpad.com
Ilustrasi bubur nasi dengan cacahan sayur|foto by Elisa @cookpad.com

Untuk anak usia lima tahun seperti si bungsu kami, bisa diberikan satu potongan kecil sayur tiap suapan makannya. Jika mungkin, daun bayam atau sawi hijau, bagi lagi menjadi dua menyesuaikan kemampuan anak. Berikan labu kuning, buncis muda, atau baby corn. Sajikan sayur tanpa bumbu rempah seperti sayur sup, bening atau capcay.

Begitu juga dengan pemberian buah. Bunda dapat melatih anak mengonsumsi buah dengan potongan kecil, porsi kecil, dan rasa yang manis dulu. Mudah bukan?

Manfaat buah dan sayur

Vitamin A, B, B1, B6, dan C, serat dan mineral, terkandung dalam buah-buahan sebagai antioksidan.

Dari Healthline.com, antioksidan adalah molekul yang melawan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas sendiri merupakan senyawa yang dapat membahayakan tubuh jika kadarnya menjadi terlalu tinggi.

Radikal bebas juga diproduksi terus-menerus dalam tubuh. Tetapi untuk meningkatkan sistem imun, dapat diatasi dengan rutin makan buah dan sayur. 

Penyakit  jantung, serangan kerusakan hati dan stroke, kanker dan tekanan darah tinggi pada orang dewasa misalnya, dapat dicegah dengan konsumsi buah dan sayur yang baik.

Tidak kalah penting adalah beta karoten. Yaitu bagian dari antioksidan dalam tubuh yang berguna memelihara kesehatan netra.

Ilustrasi Bagaimana Caranya agar Anak Suka Buah dan Sayur?|foto: 500px.com
Ilustrasi Bagaimana Caranya agar Anak Suka Buah dan Sayur?|foto: 500px.com

Beta karoten terutama terdapat dalam buah dan sayur berwarna oranye, kuning dan hijau seperti: wortel, labu kuning, aprikot, paprika, tomat, cabai, peterseli, selada, bayam, dan ubi jalar.

Sebegitu besar manfaat asupan buah dan sayur, sehingga anak-anak perlu dibiasakan sejak dini.

Akibat kurang asupan buah dan sayur

Ilustrasi foto: cgiar.org via okezone.com
Ilustrasi foto: cgiar.org via okezone.com

Saya terkesan, saat bermukim di sebuah kota kecil di Sulawesi bagian tengah. 

Hampir setiap pagi, sambil menggendong si bungsu yang masih berusia sebelas bulan, saya melintasi pinggiran sungai Wera yang dipenuhi rumah-rumah sederhana sampai kumuh. 

Ini adalah akses terdekat menuju warung sembako, sayur, ikan dan bumbu terlengkap yang menjadi langganan warga. Mereka datang dari jarak lumayan jauh dan semuanya menggunakan kendaraan termasuk saya.

Menyedihkan, ketika saya berpikir tentang memenuhi kebutuhan gizi anak-anak kami yang masih berusia 10 tahun, 7 tahun dan sebelas bulan, justru saya dihadapkan pada potret anak-anak dalam kondisi kurang gizi. Jika terus dibiarkan, bukan tidak mungkin suatu saat mereka akan mengalami kelaparan dan gizi buruk pula.

Kurang gizi adalah kondisi tidak seimbangnya apa yang dimakan, baik kuantitas (jumlah) maupun kualitas dan berdampak pada nilai kesehatan seseorang, biasanya anak-anak.

Stunting atau kerdil, merupakan kondisi gagalnya pertumbuhan tubuh dan otak anak yang disebabkan kekurangan gizi.

Stunting dapat terjadi bila terus-menerus dalam waktu yang lama, yaitu sejak dalam kandungan sampai seribu hari setelah dilahirkan, seorang anak tidak mendapat cukup asupan vitamin, mineral, protein hewani dan atau tidak adanya keragaman pangan.

Sanitasi yang buruk, kurangnya air bersih, serta kurangnya pelayanan kesehatan, juga sangat memengaruhi pertumbuhan anak.

Sebab lainnya, kehamilan di usia remaja, infeksi pada ibu, gangguan mental, dan hipertensi.

Indonesia menduduki posisi kedua di Asia dan keempat di dunia, tahun 2019 dengan jumlah kasus stunting sebanyak 27,6%. Angka ini mengalami penurunan dari 37,8% pada 2013. Namun, batas toleransi yang disarankan badan kesehatan dunia WHO hanya 20%. Sumber

Untuk mencegah gizi buruk dan stunting, masyarakat perlu sadar untuk memperbanyak konsumsi makanan bergizi dari buah dan sayur lokal secara rutin.

Obesitas

Ilustrasi anak dwngan berat badan berlebih|foto: klikdokter.com
Ilustrasi anak dwngan berat badan berlebih|foto: klikdokter.com

Isi piringku, yang mengacu pada berapa banyak jumlah yang disarankan untuk hidup sehat tersebut, juga bertujuan menghindarkan obesitas yang masih banyak dialami masyarakat luas. Yaitu dengan memberi batasan konsumsi gula, garam dan lemak harian.

Obesitas menurut WHO 2000, merupakan gangguan yang ditandai dengan lemak tubuh berlebihan dan mengganggu kesehatan. Penyebabnya adalah tidak seimbangnya asupan energi (energy intake) dan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama.

Dengan kata lain, konsumsi lebih banyak kalori daripada jumlah yang dibakar, dapat terakumulasi menjadi lemak tubuh.

Dari Healtline.com anak usia dua tahun dan remaja, juga mengalami obesitas. 

Penyebab obesitas secara umum mulai dari genetika, pertambahan usia, kurang jam tidur, kehamilan; sampai kondisi kesehatan yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon dalam tubuh.

Nah, bagaimana rumus menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT)?

Dari Halodoc.com, rumus menghitung IMT adalah:

Indeks massa tubuh (IMT) = berat badan (kg) : tinggi badan (m)²

Melansir dari National Heart, Lung, and Blood Institute, IMT kurang dari 18,5 artinya seseorang mengalami kondisi underweight atau berat badan rendah.

Apabila IMT di kisaran 18,5 – 24,9 artinya berat badan tergolong normal. Namun, jika 25 – 29,9 artinya overweight atau kelebihan berat badan. Sementara itu, bila hasil penghitungan berada di atas 30 menandakan kamu mengalami obesitas.

Perlu diingat hasil penghirungan IMT tidak dapat diterapkan pada penderita penyakit kronis seperti TB, anak-anak, ibu hamil, ibu yang menyusui, dan juga atlet.

 Sumber

Bagaimana bila anak menolak makan buah dan sayur?

Ilustrasi si bungsu Ayra makan nasi dengan sayur|foto: dokpri
Ilustrasi si bungsu Ayra makan nasi dengan sayur|foto: dokpri

Bila Bunda sudah memahami arti penting isi piringku dan pentingnya mengonsumsi buah dan sayur bagi anak-anak, akan timbul pertanyaan seperti ini.

Sebenarnya, anak-anak adalah kertas putih yang menjadi refleksi kedua orang tuanya sebagai lingkungan terdekat.

Oleh sebab itu, Bunda tidak dapat mendikte dan membuat aturan-aturan tanpa ikut melaksanakannya.

Dalam hal ini, jadilah panutan agar anak-anak meniru sambil pelan-pelan ditanamkan pemahaman sesuai perkembangan usia.

Jangan memaksa, mengancam atau memberi bentuk kekerasan lain termasuk hukuman bila anak-anak belum bisa memenuhi target kedua orang tua.

Bukan karena apa yang Bunda ajarkan bertujuan untuk kebaikan anak, atau karena Bunda sudah bekerja keras menyajikan menu bergizi dan sehat, anak-anak akan menerima sebuah pemaksaan.

Saya punya saran yang selalu saya tekankan dalam konteks ini, bahkan dalam blog pribadi yang saya tulis beberapa tahun lalu.

  1. Gunakan ketertarikan anak-anak. Ini adalah "senjata" bagi Bunda. Contoh: ketiga anak perempuan kami suka membalurkan lulur ke tangan dan kakinya di sejak mereka masih kecil. Maka saya katakan makan buah dan sayur juga untuk merawat kulit agar mereka cantik.
  2. Tidak memaksa, tetapi buatlah jadwal. Ini juga saya terapkan pada ketiga anak kami pada fase mengenalkan konsumsi buah dan sayur. Misalnya saat mereka tampak keberatan menikmati buah dan sayur setiap hari, ajukan kesepakatan bahwa hari ini mereka makan sayur dan besok boleh libur. Demikian berselang-seling.
  3. Minta anak-anak memilih jenis sayuran untuk Bunda masak. Contoh: di antara wortel, buncis, bayam, toge dan terong, mana yang mereka ingin Bunda masak?
  4. Berikan porsi "belajar" makan sayur. Artinya Bunda harus maklum bila yang mereka makan jumlahnya tidak sesuai ekspektasi. Satu potong buncis, mungkin saja masih harus dibagi menjadi tiga suapan nasi. Yang penting anak mau belajar menemukan sedapnya makan sayur. 
  5. Berikan apresiasi. Atas usaha ini, Bunda perlu memberikan semacam toss dan pujian untuk menyemangati. Anak-anak yang belum dapat berpikir logis, sangat menyukai pujian dan ekspresi bahagia bundanya. Mudah, bukan?

Hari gizi 2022 yang diperingati pada 25 Januari 2022, bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia tentang pentingnya mencukupi kebutuhan gizi keluarga. Ini penting untuk pertumbuhan dan kesehatan yang lebih baik.

Mari wujudkan masyarakat sehat untuk Indonesia maju. 

Semoga bermanfaat.

Artikel ini ditulis Ayra Amirah untuk Kompasiana

Kota Tepian, 28 Januari 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun