"Aku sudah buat."
"Mata pelajaran apa yang paling engkau sukai?"
"Fiqih dan Bahasa Inggris."
"Yang paling dibenci?"
"Tidak ada."
Hmm, saya merasa lega.
Tanpa bermaksud ria, dua anak saya, terbiasa dengan peringkat satu di kelasnya. Dan kesempatan ini, sering saya gunakan untuk meyakinkan mereka bahwa arahan yang saya berikan, inilah hasilnya. Mereka bisa meraih juara pertama.Â
Mereka, tidak pernah menunjukkan keterpaksaan saat saya menjadwalkan ini dan itu.Â
Tentang kemandirian, kecakapan, saya juga mempunyai cara-cara khusus untuk ditaati. Saya melatih mereka sesuai perkembangan usia, kemampuan dan pola berpikir. Hasilnya, teman-teman yang pernah berkunjung ke rumah, terheran-heran, terkagum-kagum, melihat perbedaan anak kami.
Tentu, pengalaman ini sangat subjektif. Saya tidak menggeneralisasi semua anak bisa diperlakukan dengan teknik parenting saya di rumah.
Sampai di sini, saya menjadi gamang. Apakah saya punya cinta yang murni pada ketiga anak perempuan saya?