"Kota ini milik siapa, Pussie? Apa kau tahu?"
"Kota ini milik mereka. Orang-orang itu yang berhak menentukan siapa saja yang akan mati, dan siapa yang akan hidup!"
Kucing di hadapannya urung menjawab. Hanya menggosokkan kepalanya di kaki Najem. Lalu tidur di sisinya.
"Kau benar. Untuk apa kita memikirkannya? Lebih baik tidur dan bermimpi yang indah..."
Jakarta, 2019...
Gerimis masih turun perlahan. Aku tak bisa menunggu lebih lama, khawatir terjebak macet dan terlambat sampai di kantor.
Belahan jiwaku yang menemani sejak tadi, tiba-tiba menjatuhkan kepalanya di bahuku.
"Mas, terima kasih sudah membawa Najem ke rumah kita. Aku sadar ia membutuhkan kasih sayang di dalam hidupnya.Â
"Dengan menjadi orang tua angkatnya, aku merasa hidupku lebih berarti. Naluriku sebagai ibu terus tumbuh untuk melindunginya."
Aku tertegun.
Aku ingat, cukup lama Alma merasa tidak nyaman dengan kehadiran anak lelaki itu di kediaman kami. Bukan sekedar merasa asing, tetapi juga antipati.
Tentu aku harus menambah kesabaranku. Memberi arahan dan bimbingan kepada Alma tanpa rasa lelah.Â