Bahkan manusia sangat suka menjaringnya untuk dijual pada kolektor. Meski sayap cantiknya hanya berukuran satu inci saja, sudah dinilai menjanjikan ladang bisnis yang menggembirakan.
Usia kupu-kupu biru sebenarnya hanya sekitar 115 hari saja. Belum lagi tumbuhan inang mereka, locoweed, ikut kering saat peladang melakukan pengendalian gulma. Telur-telur yang diletakkan induk kupu-kupu di daunnya, turut menjadi punah.
Dan yang paling tragis, di tebing-tebing semenanjung habitat asalnya, semak bunga liar telah dibuldozer untuk pembangunan perumahan, lapangan bisbol, serta tempat komersial lainnya.
Setelah diketahui jumlah kupu-kupu biru di ambang kepunahan, berbagai pihak berupaya mengembalikan keadaan semula.
"Wahai Adinda sayang, janganlah engkau berpikir demikian. Kecantikanmu telah mengilhami para peneliti untuk membuat konservasi, restorasi, dan pengamatan yang serius. Mereka akan melindungi kita dari kepunahan. Jadi, jangan bersedih lagi yaa..." bujuk kupu-kupu jantan.
Demikianlah, negeri kupu-kupu yang indah pada awalnya, kini menyimpan misteri kepunahan kupu-kupu biru.
Semakin hari, makin kesini, padang rumput yang menghijau itu berubah merana. Keadaan bunga-bunga yang dulu bermekaran, kini tertunduk sedih dan lara. Bagaimanakah kelangsungan negeri kupu-kupu jika jumlah mereka semakin mengkhawatirkan?
Sementara itu, tanaman gulma rusa berbunga kuning terus dikembangkan. Penangkaran dan perbaikan ekologi terus diperhatikan. Lambat laun, para peneliti dan sukarelawan bisa tersenyum lega.
Setidaknya, populasi kupu-kupu biru telah ditambah dengan jumlah yang dilepasliarkan ke alam.Â
Manusia sadar, kepunahan kupu-kupu biru telah menghilangkan nilai paling berharga dari seluruh kehidupan. Dan ini tidak boleh terjadi.
Maka di suatu musim semi yang indah, padang rumput kembali terlihat bergairah. Mentari pagi juga tersenyum sumringah.