Di belahan bumi yang asing bernama negeri kupu-kupu, padang rumput hijau terhampar bak permadani. Bunga-bunga beraneka warna dan rupa, tumbuh subur berseri.Â
Burung-burung pengisap madu, memamerkan riang kicauannya. Mentari pagi keluar dari persembunyiannya. Menepis embun sehingga sirna.Â
Sepoi angin bertiup menggoyangkan batang-batang Chamomile yang tampak menari-nari. Suasana damai pun, begitu memenuhi sanubari.
Tak ada yang tahu, di manakah negeri kupu-kupu sebenarnya. Namun setiap telinga pasti pernah mendengar tentangnya. Atau setidaknya, sekali dalam seumur hidup, mata mereka pernah membaca dari sebuah buku. Disadari atau tidak, setiap hati sangat ingin datang dan memijakkan kaki mereka di sana.
Koran-koran yang keluar dari mesin pencetak, sudah banyak menulis tentang kekeringan di mana-mana. Para petani tampak muram dan urung bekerja. Tak ada lagi katak bernyanyi di awal malam. Bahkan pasar di kota berangsur-angsur sepi. Datangnya hujan menjadi sangat dinanti.
Adalah sepasang Palos Verdes blue alias kupu-kupu biru keperakan, yang pagi itu asyik bercengkerama.Â
Sayap punggung kupu-kupu jantan, berwarna biru keperakan cerah dengan batas hitam sempit. Sementara, sayap punggung betina berwarna abu-abu kecoklatan dengan batas hitam yang lebih lebar.
"Kakanda, risaunya hati ini sebab spesies kita terus saja punah. Kita tidak akan mempunyai penerus lagi. Kita akan segera lenyap dan hilang dari dunia ini..." kata sang betina cemas.
Memang benar. Disebabkan kecantikan kupu-kupu biru, burung predator cepat sekali menemukan keberadaan mereka yang menarik perhatian.
Bahkan manusia sangat suka menjaringnya untuk dijual pada kolektor. Meski sayap cantiknya hanya berukuran satu inci saja, sudah dinilai menjanjikan ladang bisnis yang menggembirakan.
Usia kupu-kupu biru sebenarnya hanya sekitar 115 hari saja. Belum lagi tumbuhan inang mereka, locoweed, ikut kering saat peladang melakukan pengendalian gulma. Telur-telur yang diletakkan induk kupu-kupu di daunnya, turut menjadi punah.
Dan yang paling tragis, di tebing-tebing semenanjung habitat asalnya, semak bunga liar telah dibuldozer untuk pembangunan perumahan, lapangan bisbol, serta tempat komersial lainnya.
Setelah diketahui jumlah kupu-kupu biru di ambang kepunahan, berbagai pihak berupaya mengembalikan keadaan semula.
"Wahai Adinda sayang, janganlah engkau berpikir demikian. Kecantikanmu telah mengilhami para peneliti untuk membuat konservasi, restorasi, dan pengamatan yang serius. Mereka akan melindungi kita dari kepunahan. Jadi, jangan bersedih lagi yaa..." bujuk kupu-kupu jantan.
Demikianlah, negeri kupu-kupu yang indah pada awalnya, kini menyimpan misteri kepunahan kupu-kupu biru.
Semakin hari, makin kesini, padang rumput yang menghijau itu berubah merana. Keadaan bunga-bunga yang dulu bermekaran, kini tertunduk sedih dan lara. Bagaimanakah kelangsungan negeri kupu-kupu jika jumlah mereka semakin mengkhawatirkan?
Sementara itu, tanaman gulma rusa berbunga kuning terus dikembangkan. Penangkaran dan perbaikan ekologi terus diperhatikan. Lambat laun, para peneliti dan sukarelawan bisa tersenyum lega.
Setidaknya, populasi kupu-kupu biru telah ditambah dengan jumlah yang dilepasliarkan ke alam.Â
Manusia sadar, kepunahan kupu-kupu biru telah menghilangkan nilai paling berharga dari seluruh kehidupan. Dan ini tidak boleh terjadi.
Maka di suatu musim semi yang indah, padang rumput kembali terlihat bergairah. Mentari pagi juga tersenyum sumringah.
Kupu-kupu biru menikmati manisnya madu deerweed biasa. Jenis tanaman makanan larva esensial yang juga harus tetap lestari.
Kupu-kupu biru adalah spesies unik yang berkembang biak dengan cara oviposisi atau bertelur pada larva tanaman inang.Â
Saat merasa habitatnya terusik, kupu-kupu biru akan melakukan migrasi besar-besaran yang memengaruhi misteri kepunahan.
 "Kakanda, betapa bahagianya hati ini melihat negeri kupu-kupu kembali indah berseri..." tutur kupu-kupu biru kepada jantannya.
Keduanya tengah asyik bermain di antara batang-batang Chamomile putih. Menari-nari mengikuti sepoi angin.
"Setidaknya pada hari ini, seseorang telah membaca tentang negeri kupu-kupu yang indah, bukan?" jawab sang jantan gembira.
Salam lestari.
____________
Rujukan dari Palos Verdes Blue
Cerpen/sastra sains ini ditulis untuk Kompasiana
Kota Tepian, 14 Desember 2021