Tunggu saja, gadis-gadis penggemarnya akan memenuhi ponselnya dengan chat genit yang membuat mual. Sebagian bahkan berani menelepon langsung. Lalu Lussy merasa menyesal telah menjadi boneka.
Maka tanpa menyelesaikan sarapannya, ia buru-buru menyambar tas dan kunci mobil. Meluncur di jalanan basah, menerobos hujan dengan mata dipenuhi tangis.
Setelah dua puluh menit, Lussy sampai di butik pribadinya. Ia membuka kunci lalu masuk ke ruangannya. Melemparkan tas ke atas sofa, lalu duduk di belakang meja dengan kesal.Â
Hatinya begitu hampa. Hidup menjadi tidak adil bila ia harus membayar semahal ini. Lussy kembali merasa terjajah.
Saat seorang karyawan menjatuhkan manekin tanpa sengaja, ia lantas melampiaskan kemarahannya tanpa kendali. Karyawannya berlari menyelamatkan diri, dan hampir menabrak pengunjung yang datang.
Lussy melebarkan matanya, menangkap sosok tak asing yang datang bersama perempuan cantik. Mantan suaminya, sudah mendapatkan pengganti dirinya?
Lussy tak ingin bernostalgia dengan air mata yang tumpah. Buru-buru ia meraih kunci mobil. Kemana saja asal tidak di sini.
SELESAI
Cerpen ini ditulis untuk Kompasiana
Kota Tepian, 12 Desember 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H