Tak ingin membuang waktu, aku melompat dari tempat tidur. Kuraih raket nyamuk di atas meja. Berani-beraninya makhluk pengerat itu mengganggu peralatan makan kami.
Setelah menekan saklar lampu dan sibuk mencari-cari, akhirnya aku terduduk di kursi.
Hampa. Tak ada suara tikus, ataupun jejaknya menggigit bungkus makanan di meja. Juga tak ada sampah yang dihamburkan di dapur.Â
Jlep! Empat belas cangkir di lemari kaca, serta-merta duduk manis di atas meja, lengkap dengan keranjangnya.
Ini ajaib. Saat makan malam tadi, aku yakin cangkir antik peninggalan nenek Ami masih tersimpan di lemari kaca. Lalu, siapakah yang melakukan ini semua.
*
Wanita di seberang mejaku, bukannya menganggap aku halu, tapi justru mengumbar senyum sambil menggenggam tanganku.
Ya, akhirnya masalah ini kuceritakan pada ibu mertua. Tentang cangkir yang sudah dicuci secara misterius, serta seluruh cangkir yang tertata rapi di meja makan.
"Ma, kenapa tersenyum?" tanyaku bingung.
Ibu mertua lalu memandangiku lekat-lekat. Seakan ada seribu cerita yang urung dikatakannya. Mungkinkah itu sebuah rahasia? Pikiranku bertambah bimbang saja.
"Madina, setiap selesai sholat, berdoa juga untuk nenek Ami, ya?" kata beliau akhirnya, yang kusambut dengan anggukan cepat.