Pagi itu, selesai sarapan roti dan teh manis, aku langsung membuka laptop di kamar. Urusan beres-beres dapur, kutunda nanti saja.
Kebetulan Zidane langsung berangkat kerja begitu selesai sarapan. Suasana rumah hening dan sangat nyaman untuk pekerjaan menulis. Sampai di suatu waktu, aku mendengar suara orang mencuci piring di dapur. Tapi, bukankah aku sendirian di rumah? Lalu siapa yang...
Buru-buru aku ke dapur, memeriksa kebenaran yang kudengar tadi. Dan...
Tidak ada siapa-siapa di sana. Meja makan pun masih seperti sedia kala. Bertaburan piring, roti gandum, selei kacang dan toples gula.
Tunggu. Cangkir teh aku dan Zidane?
Kedua benda itu ternyata sudah bersih dan tertelungkup di rak piring kecil dekat jendela. Tapi, bukankah tadi aku dan Zidane menggunakannya?
Benar. Kedua cangkir antik itu dalam keadaan basah, dan wastafel juga basah. Padahal sejak semalam tak ada aktivitas mencuci piring di sini. Aneh...!
*
Kira-kira sebulan lamanya tak ada kejadian ganjil yang berkaitan dengan cangkir antik peninggalan nenek Ami. Perlahan aku mulai melupakan kejadian pagi itu.
Tapi di suatu tengah malam, antara mimpi dan terjaga, samar-samar aku mendengar denting cangkir di ruang makan.
Kubuka mata. Kudapati Zidane pulas di sisiku. Bukankah kami hanya berdua di rumah? Apakah tadi itu tikus?