"Percayalah, anak hanyalah sesuatu untuk menambah kebahagiaan kita. Jadi kita jangan berpisah hanya karena kau tak bisa punya anak.
"Siapa yang bilang aku tidak bisa punya anak?" tanyaku melotot.
"Iya, Sayang. Kita memang belum memeriksakan diri ke dokter. Tapi kau lihat, kan? Soleha sedang mengandung anakku, anak kita, Sayang..." Mas Rafa berbicara sambil memegangi bahuku. Matanya masuk ke dalam mataku.
"Aku paham jika kamu perlu waktu. Aku tidak akan memaksa Soleha tinggal bersama kita sekarang.Â
"Tetapi bulan depan adalah waktu yang tepat Soleha pindah ke sini. Dan kita akan melangsungkan upacara adat tujuh bulanan untuk mendoakan calon anak kita. Ya?"
Entah sihir apa yang membuatku terdiam.Â
Apakah ini keputusan yang paling tepat untuk pernikahan kami?Â
Apakah aku harus rela berbagi suami daripada kehilangannya karena kami bercerai?
Mungkin Mas Rafa benar.
SELESAI
Cerpen ini terinspirasi dari kisah sinetron Shilla yang meminta suaminya-Mas Rafa- menikah dengan Almira agar mereka bisa mempunyai momongan.