Sesaat wanita berjubah itu membalikkan badannya, lalu melesat meninggalkan hutan. Aroma terbakar, menyeruak untuk beberapa lama.
Naura bersyukur, Mariah belum melontarkan mantra apapun. Setidaknya ia belum berubah menjadi anak kelelawar yang kelaparan. Yang konon tak pernah kenyang memakan apapun, sampai harus mengisap darah manusia.
Tiba-tiba suasana hutan menjadi benderang. Udara berubah sejuk kembali. Naura bisa melihat rimbunan pakis disinari serangga yang terbang. Berseri.
Seperti biasanya, ratusan kunang-kunang menghinggapi dan memenuhi ranting-ranting kecilnya. Dari kejauhan tampak seperti pohon lampu nan jelita.Â
"Engkau tenanglah..." bujuk salah satu dari mereka. "Percayalah tentang kebaikan hati yang akan mengalahkan kejahatan apapun di dunia. Kami diutus oleh ratu untuk melindungimu..."
Selesai mengatakan itu, kelompok serangga menyala membentuk barisan, bergerak keluar hutan. Naura memangilnya, namun mereka tetap terbang menjauh.Â
Disaksikannya hewan-hewan itu mengepakkan sayap sambil berkelipan. Cahaya mereka begitu indah dalam formasi searah.Â
"Apakah suatu hari aku akan terbebas dari mantra penyihir itu?"Â bisik Naura penuh harap.Â
Ia mengingat-ingat kembali perkataan sahabatnya, kunang-kunang. Kebaikan hatinya akan mengalahkan kejahatan apapun di dunia. Tetapi kebaikan hati seperti apa?Â
*
Matahari bersinar terik di atas hutan tak dikenal. Tak sekali pun angin datang berembus. Bunga-bunga kecil putih menggantung tanpa bergoyang.Â