Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Ikan Cupang yang Selalu Terkenang

12 November 2021   19:44 Diperbarui: 13 November 2021   00:00 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merawat ikan Cupang mudah, tidak memerlukan alat bantu oksigen|foto: dokpri

Berapa umur ikan Cupang, biasanya? Saat kehilangan hewan bersirip indah itu, timbul rasa penasaran. Mungkinkah rentang dua tahun, menjadi usia yang cukup lanjut bagi mereka?

Pengalaman ini, sejujurnya sudah hampir setahun berlalu. Foto ilustrasi diambil pada tanggal 8 September 2020. Tak lama sesudah itu, tepatnya menjelang tahun baru 2021, satu dari dua ikan Cupang yang tertua, mati.

Awalnya saya membeli dua ekor ikan Cupang didasari ingin menyenangkan hati anak-anak di rumah, sepulang dari pasar, dan sama sekali bukan karena ada tren ikan hias. Saat itu masih tahun 2018.

Pengalaman ini, tak urung saya bagikan di Kompasiana, pada awal saya bergabung. 

Silahkan kunjungi: Anak-anak Suka Ikan Cupang, Aku Juga

Pernah juga mengikuti event menulis di tempat lain, saat ada tren ikan Cupang. Meski tidak keluar sebagai pemenang, saya cukup senang mendapatkan badge penghargaan.

Tidak heran, saat hewan peliharaan tersebut mati, saya menjadi terkenang jua.

Ikan Cupang betina, suka tidur di atas selembar daun|foto: dokpri
Ikan Cupang betina, suka tidur di atas selembar daun|foto: dokpri

Ikan Cupang mati karena obesitas

Mulanya, saya menyadari beberapa waktu terakhir, ia tak bersemangat seperti biasanya. Lebih banyak rebahan didasar toples, serta malas makan. Bahkan saat diberikan camilan favorit, cacing darah, ikan tersebut hanya acuh tak acuh. Ada apa ini?

Saya pun mulai menebak-nebak. Apakah karena ikan tersebut memasuki masa kawin? Hmm... saya pun memasukkan jenis ikan betina ke dalam toples.

Bukannya birahi, ia justru kelihatan terganggu dengan kehadiran ikan betina. Sekali-sekali ia bergerak menjauh. Bahkan, saya melihat beberapa potongan sirip akibat gigitan. Kurang dari sehari, saya pun memisahkan mereka lagi.

Kemudian saya mulai membuka-buka artikel di internet. Dari sana, saya mengetahui ikan Cupang tersebut ternyata mengalami obesitas. Ough, ternyata ikan juga bisa kegemukan yaa...

Jadi, ikan Cupang yang terlalu banyak makan dan tidak diimbangi dengan banyak bergerak, akan mengalami kegemukan serta sembelit. Yang terakhir ini, dapat menyebabkan kematian pada ikan.

Waah... secara tidak sengaja saya sudah menyebabkan kematian ikan yang sudah lama kami pelihara. Sedih jadinya.

Memotong sirip ikan Cupang 

Seperti jenis ikan hias lainnya, ikan Cupang juga mengandalkan kelincahannya "menari" di dalam aquarium. Dengan ragam bentuk dan warnanya yang menggemaskan, ikan ini mampu menghibur dan menghilangkan lelah pemiliknya.

Di sisi lain, pertambahan umur ikan yang diikuti pertumbuhan sirip indahnya, lambat laun akan menyulitkannya bergerak. Lebih-lebih saat ikan mengalami obesitas itu tadi.

Sebagai solusinya, di kota besar seperti Jakarta, ikan Cupang jenis halfmoon dapat dibawa ke salon khusus. Ikan harus dalam kondisi sehat, untuk dapat diberi tindakan pemotongan sirip sekaligus untuk memperindah penampilannya.

Memelihara ikan Cupang bisa menjadi bisnis

Merawat ikan Cupang mudah, tidak memerlukan alat bantu oksigen|foto: dokpri
Merawat ikan Cupang mudah, tidak memerlukan alat bantu oksigen|foto: dokpri

Dalam perkembangannya, memelihara ikan Cupang bukan sekedar menjadi hobi semasa pandemi saja. Para pelaku bisnis dengan cepat menjadikannya lahan komersil yang menjanjikan. 

Masyarakat pun cepat menyambutnya. Selain tersedia ikan Cupang jenis impor dengan harga cukup mahal, banyak juga jenis dengan harga terjangkau yang dapat dipilih.

Selain itu, perawatannya pun terbilang mudah.

Berikut tips merawat ikan Cupang

  1. cukup beri makan dua kali saja dalam sehari. Ini untuk menghindari obesitas
  2. rutin mengganti air aquarium. Bila dibutuhkan, bisa berikan garam khusus
  3. sesekali memberikan sinar matahari untuk mencegah jamur
  4. selingi pemberian pelet dengan nutrisi dari cacing darah ataupun jentik nyamuk
  5. secara berkala berikan air daun ketapang yang bersifat obat

Gaya hidup masyarakat bersifat dinamis. Pengalaman yang tidak mengenakkan, kiranya tidak memberi nilai buruk terus-menerus. Cukup sebatas terkenang karena sayang.

Ikan-ikan Cupang kami lainnya, satu per satu menemui kematiannya setelah lama dipelihara. 

Ada yang toplesnya digulingkan kucing Anggora putih, karena tergoda gerakan ikan dan cita rasanya mungkin. Ada yang mati karena tidak mau makan, padahal warna tubuhnya sudah berubah dari sebelumnya. Begitulah kehidupan menemukan takdirnya, bukan?

_Kota Tepian, 12 November 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun