Sampai akhirnya mereka tiba di depan sebuah rumah jaga. Sepertinya tak ada tanda kehidupan di sana. Korden jendelanya tertutup dan lampu teras sepertinya sudah lama dibiarkan menyala.
"Ini rumah penjaga pintu irigasi. Tapi sudah sebulan petugas tersebut meninggal, dan belum ada penggantinya," kata sang suami seraya memarkirkan motornya.
"Kalau ingin melihat danau tempat orang-orang itu memancing ikan, kita harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Mau?"
Sang istri mengangguk, lalu mengikuti suaminya melintasi jalan setapak.Â
Sekarang di hatinya tak ada rasa takut sedikitpun. Apalagi mendengar gemuruh air di pintu irigasi yang dibuka, semua terasa sejuk dan damai.
Di kejauhan, tampak dua buah danau yang airnya kebiruan dikelilingi tanah menggunung tanpa ditumbuhi rumput. Konon tanah bekas proyek tambang batubara memang panas.
Pudding dan istrinya menatap berkeliling dengan perasaan senang. Pemandangan ini memang langka dan luar biasa. Apalagi semburat jingga di kejauhan bersiap mempertontonkan wajah senja yang indah. Ya, meski harus melewati hutan gelap dan rumah tua lebih dulu.
SELESAI
*Cerpen ini disadur dari pengalaman penulis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI