Layaknya gadis-gadis di Inggris yang menikmati hidup mereka dengan beragam pesta sepanjang tahun, Lucy, gadis dari dunia penuh kegelapan, juga sedang memikirkan rencana untuk pesta ulang tahunnya.
Ini tidak terlalu buruk, karena baru mencapai musim gugur, tanpa guyuran hujan yang akan membasahi sayap-sayap kelelawar.
"Apakah kau sudah memikirkan semuanya?" tanya bibi Emely, sambil mengaduk bubur di perapian.
"Aku hanya akan mengundang sedikit teman. Tidak lebih dari dua puluh orang," jawab gadis itu sambil mencatat pada buku kecil.
"Bibi hanya harus menyediakan sedikit makanan, buah-buahan, roti pai dan sirup..."
Sejenak perempuan tua itu memandang ke langit-langit. Ada beberapa sarang laba-laba di sana. Tapi sebenarnya ia sedang memikirkan kemungkinannya.
"Baiklah, kurasa itu tidak sulit," sahutnya kemudian.
"Terima kasih, Bibiku sayang!" katanya kegirangan. Sekejap ia sudah menghambur ke pelukan bibi Emely.
Maka waktu beberapa hari ini digunakannya sebaik mungkin. Lucy segera memesan gaun dengan model terbaru. Konsepnya adalah anggun dan mengesankan. Ya, Lucy tak suka gaya mewah yang disarankan sang desainer.
Pertama-tama ia memilih bahan yang klasik dan tidak mengilap, karena tak ingin tampak seperti gadis-gadis dari keluarga kaya. Begitu juga dengan warna, Lucy memilih yang tidak akan disamai teman-temannya ketika menghadiri acaranya nanti. Tapi ia tetap yang paling cantik. Harus!
Sementara itu, suami bibi Emely, Paman Ed, mulai membersihkan kediaman mereka dan menghiasinya dengan bunga-bunga mirip hydrangea di sana-sini. Pria itu tahu persis Lucy menyukai mahkota bunga yang mempunyai pom-pom. Bahkan secara tidak sengaja, warna bunga menyerupai warna gaunnya. Sempurna!
"Untuk apa kayu bakar itu, Paman Ed?" tanyanya melihat tumpukan di sisi tempat tamu berdiri nanti.
Pria itu menoleh, sedikit terperangah.
"Kita akan menyediakan semacam daging yang dibakar dengan bumbu saus pedas manis, tentu..." sahutnya.
Lucy tak yakin dengan ide itu. Tapi kepalanya mengangguk-angguk.Â
"Kalau begitu terima kasih..." balasnya sambil tetap tercenung.
Sejak ayah dan ibunya tertembak oleh pemburu, paman dan bibinya inilah yang peduli padanya. Mereka merawat Lucy penuh kasih sayang, sejak anak mereka masuk perangkap dan dibawa oleh manusia-manusia itu.
Tentu ia harus mengerti balas budi. Tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar. Dan Lucy sama sekali tak merasa hidup sebagai yatim piatu di tengah-tengan mereka. Paman Ed dan bibi Emely memperlakukannya dengan sangat hangat.
*
Bulan purnama membulat di balik ranting-ranting pohon. Hawa dingin menari-nari, berkeliaran di akhir musim gugur. Dunia kegelapan menjadi bersinar, terang-benderang sampai ke sudut-sudut hutan.
Lucy melemparkan senyum ke seisi ruangan. Hampir semua undangan sudah berdatangan. Mereka saling menyapa dan bertanya kabar sambil cekikikan.
"Wah... aku suka gaunmu," puji Kim sambil menatapi penampilan Lucy malam itu.
Gadis itu tertawa dan balas memuji sahabat-sahabat yang mengerumuninya.Â
Hidupnya memang tak pernah sepi dengan ketulusan mereka semua. Ini menjadi cukup adil, setelah moncong senapan yang paling ditakutinya menggelegar di masa kecil dulu.
"Awas! Lari... sembunyi..." pekik paman Ed berusaha melindungi gadis-gadis itu.
Tampak pria itu berusaha memadamkan bara daging panggang yang hampir matang. Hmm, baunya enak sekali.
"Lucy, kemari!" Sorayya menariknya berjongkok di bawah meja. Lamunanya tentang makan malam yang menyenangkan buyar. Wajahnya ikut tegang.
Dilihatnya tamu-tamu kocar-kacir. Gelas-gelas berhamburan dan menyisakan pecahan di mana-mana.Â
Di salah satu sudut ia melihat bibi Emely menagis ketakutan. Tangannya mendekap botol wine yang baru saja akan dituangkan.
"Dor... Dorr...!"
Dua orang pemburu saling tatap. Senyum mereka lebih menyerupai seringai menakutkan bagi kelelawar seperti mereka. Manusia-manusia itu sangat menyebalkan!
"Aaaaaaakhhh!!" jerit paman Ed tiba-tiba. Tubuhnya roboh penuh darah. Menggelepar, lalu sedetik kemudian tak bergerak sama sekali.
Bibi Emely lari memeluk sang suami. Air matanya keluar tak terbendung. Suara tangisnya mungkin saja mengundang desing peluru berikutnya.
Lucy begitu syok atas kekacauan ini, ditambah kematian paman Ed yang tiba-tiba. Siapa yang akan melindungi hidupnya nanti?
Ternyata bibi Emely benar. Ia seharusnya tak mengadakan pesta tujuh belas tahunnya. Karena bila terlambat, manusia-manusia serakah akan muncul dan merusak semuanya.
SELESAI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H