Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Baginda Raja Sungguh Bijak

24 Oktober 2021   09:18 Diperbarui: 24 Oktober 2021   09:33 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lanjutan cerpen Gaun Biru yang Dicuri

Sebelumnya...

Khaylila memejamkan matanya. Membuka mimpinya seluas cakrawala. Semoga keindahan ini terus terjadi.

Pukul sebelas lebih beberapa menit, Khaylila terbangun. Perasaannya jauh lebih nyaman sekarang.

Ia melihat ke luar jendela. Tampak rinai-rinai hujan sedikit memberi harapan. Semoga matahari cepat datang.

"Kakak sudah bangun?" sambut Arumi saat masuk ke kamar. Wajahnya berseri-seri.

"Bunda masak ayam goreng kesukaan Arumi. Tapi baru boleh dimakan kalau Kakak sudah bangun..." bibir mungilnya mengerucut.

Khaylila tersenyum. Bunda sangat bijak, menurutnya. Selalu mengedepankan empati dan kehangatan keluarga. 

Tentu, saat ia dan Arumi menghabiskan waktu secara bersama-sama, akan tersimpan dalam memori bawah sadar. Kelak dewasa keduanya akan merindukan suasana ini lagi. Itu yang ia pahami.

*

Putri Tea tak membuang waktu. Direnggutnya gaun biru tua milik Putri Ilena dengan kasar. Ia tak peduli kalaupun balgawn menawan itu akan rusak. Cepat ditinggalkannya kamar, sebelum ada yang melihat.

Tetapi tidak ada kejahatan yang tak meninggalkan jejak, bukan?

Seorang pelayan yang menyadari kedatangannya, segera bersembunyi di balik tirai besar. Tidak ada gunanya menghadapi putri yang tak ramah. Lebih baik menunggu, apa yang akan dilakukan sang Putri di sini.

Menit-menit yang buruk, berlalu. Hatinya masih dicekam rasa panik. Ternyata Putri Tea datang untuk mencuri gaun yang telah dipersiapkan. 

Pelayan itu keluar dari tempatnya bersembunyi. Ia harus melapor, karena kamar Putri Ilena dalam tanggung jawabnya. Tidak lupa gelang permata yang ikut terlepas, dijadikan sebagai barang bukti.

*

Putri Tea merasa gugup menerima panggilan Baginda Raja. Langkah kakinya begitu pelan, wajahnya menunduk ke arah permadani. 

Apakah Baginda sudah mengetahui berita ini? tanyanya dalam hati. Ia semakin gusar.

"Putriku, apa engkau sedang tidak sehat?" sambut sang Raja seraya berdiri.

Putri Tea terkesiap. Matanya memandang ayahandanya tak percaya. Suara itu begitu lembut. Tidak seperti sedang marah. Tapi kenapa?

"Tea baik saja, Baginda. Iya..."

Raja tersenyum. Lalu dijelaskannya maksud sang Raja memanggil putrinya. Ratu Elsa, ibundanya, serta ratu lainnya tersenyum-senyum saat Raja berbicara. Tak lupa kemudian memberikan ucapan selamat.

"Jadi, Pangeran Damian diundang untuk disandingkan denganku, Baginda?" tanyanya sekali lagi. Putri Tea terkejut sekaligus bahagia.

Ia tak menyangka, pangeran tampan teman sepermainan adik tirinya itu akan dijodohkan dengan dirinya, tepat di hari ulang tahun Putri Ilena. Ternyata mereka hanya bersahabat.

"Bagaimana dengan gaun biru yang dicuri, apakah baginda sudah mendengar berita itu?" tanyanya tak dapat menyembunyikan rasa penasaran.

"Ya, penjahit istana segera membuat gantinya. Dan Ratu Alea mengganti warnanya dengan warna yang lebih indah. Engkau tenang saja," sahut sang Raja.

Sesaat wajah Putri Tea tertunduk menatap lantai permadani. Ada perasaan malu di hatinya. Tetapi apakah ia tidak akan mendapat hukuman apa-apa?

"Baginda, hukumlah putrimu ini..." pekiknya dengan suara memelas. Di satu sisi ingin bersikap jujur, di sisi lain ia takut ayahandanya benar-benar akan memberi hukuman setimpal.

"Sebenarnya, Tea yang melakukannya, Baginda. Tea yang mencuri gaun Putri Ilena. 

Sebab selama ini Tea merasa Baginda lebih menyayanginya Putri Ilena" ia memekik dan menghambur ke pelukan sang Raja. Tak urung air mata kesedihan membasahi pipinya.

Tangan Raja mengusap rambut putrinya. Sebagai seorang Raja, ia paham kecemburuan dan salah paham akan mewarnai hubungan dengan para ratu dan anak-anaknya. Tapi ia lega karena putrinya berbesar hati mengakui kesalahan.

"Putriku, Raja tidak boleh pilih kasih dalam menegakkan hukum. Engkau tahu, kan?"

"Baginda, Tea siap menerima hukuman..."

"Baiklah.

Pada acara besok, akuilah di depan seluruh rakyat tentang perbuatanmu, termasuk di depan calon suamimu.

Rakyat dan segenap pegawai istana harus tahu, pencurian adalah perbuatan salah. Akan mendatangkan rasa malu dan kehinaan. Sama sekali tidak boleh dilakukan oleh siapapun!"

Putri Tea menyeka air matanya. Ia paham maksud Baginda Raja. Hukuman mental mungkin terasa lebih berat ketimbang hukuman fisik. Tapi ia sudah merasa beruntung.

Pada hari yang ditentukan, pada musim bunga yang bermekaran di seluruh tanah Yunani, pesta pernikahan pun berlangsung meriah. 

Pangeran Damian merasa beruntung mendapatkan pendamping yang cantik dan berjiwa besar. Keduanya hidup bahagia selamanya. 

*

Khaylila menutup buku dongeng yang dibacanya. Perasaannya ikut lega, karena berakhir happy ending.

Disimpannya buku hadiah dari Bunda di dalam laci meja. Ditariknya selimut lembut di kakinya. 

Khaylila memejamkan mata. Semoga ia selalu rukun bersama Arumi, doanya. 

Ia tahu saat ini adiknya sedang dekat dengan teman sekolahnya dulu. Nothing to lose!

SELESAI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun